Senin, 12 Januari 2015

FF JINBOON /Drabble: Officially Missing You




^^^

Minggu pagi. Huh, rasa malas untuk bangun dari tempat tidur pun merasuk ke dalam balik selimut seorang yeoja cantik bernama Kim Gweboon. Sudah siang sebenarnya dan teriakan-teriakan khas seorang umma sudah menggema dari satu jam yang lalu, Meerintahkannya untuk mandi dan sarapan.

Gweboon masih berada di dalam selimutnya. Dingin. Malas. Dingin. Malas. Kedua kata itu yang selalu terucap dari bibirnya dengan mata yang berusaha untuk menutup kembali. Gweboon menyibak selimutnya. Bedannya pegal karena terlalu banyak tidur. Seharusnya dia bangun dari tadi untuk jogging supaya badannya tidak kaku.

Perlahan yeoja cantik itu melihat ke arah luar jendela kamarnya. Matahari saja malas untuk muncul. Gerimis di luar. Titik-titik air menyentuh kaca jendelanya dengan lembut. Perlahan Gweboon berjalan meraih jendela dan membukanya dari dalam.

Menghirup dalam-dalam aroma air hujan yang menyentuh tanah. Petrichor. Sangat menenangkan. Sangat melegakan. Suka. Sangat suka. Sangat suka saat aroma itu terhidup olehnya dan memenuhi rongga dadanya.  

Lalu sebuah kenangan manis melintas di benaknya. Ia tersenyum memikirkan namja itu. Namja dengan mata tipis dan senyuman secerah mentari.

Sedang apa dia sekarang?

Bahagiakah?

Sedihkah?

Sama kah denganku yang setiap di pagi hari terbangun dari tidur dan merinduinya?

Samakah denganku dimana setiap hal kecil yang aku lakukan selalu mengingatkanku padanya?

Samakah denganku saat akan tidur di malam hari selalu mengingatnya dan berharap bisa bertemu dengannya dalam mimpiku?

Dan samakah denganku yang selalu mengagumi keindahan hujan sembari mengingat kenangan manis kami?

^^^

Gweboon mengalungkan handuk merah muda yang baru saja ia pakai ke sandaran kursi belajarnya. Mengenakan piyama yang tadi malam ia pakai untuk tidur. Toh dia tidak berencana untuk kemana-pun hari ini. Ia berbaring di atas tempat tidurnya. Tidak tahu apa yang harus dilakukan hari ini. Tidak ada seorang-pun yang mengajaknya keluar hanya sekedar berjalan-jalan.

“Jinki......”, lirihnya pelan.

Dia merindukan namja sipit itu. Sangat.

Gweboon meraih ponselnya. Mengetikkan huruf-huruf dengan cepat. Lalu menghapusnya. Mengetik lagi. Lalu menghapusnya lagi. Hingga akhirnya ia melemparkan benda berwarna soft pink itu dengan malas tepat di sisi kanan badannya.

Gweboon memandang langit-langit kamarnya. Menerawang. Bibirnya mengerucut lucu saat memikirkan apa yang ia lakukan akhir-akhir ini. Dia bangkit dari posisinya meraih ponsel yang tidak jauh dari tempatnya.

Membuka galery. Mencari foto-foto lama. Saat pesta perpisahan Jinki yang akan kuliah ke luar negeri. Berhenti pada foto dimana Jinki dan dia dalam satu frame. Jinki merangkul pundaknya dan Gweboon membuat V-sign. Keduanya tersenyum ke arah kamera.

Senyum itu. Senyum yang sangat Gweboon rindukan.

Sudah dua tahun berlalu dan sampai sekarang Gweboon masih belum bisa mengirimkan pesan bahwa ia merindukkan Jinki. Tidak pernah. Sekalipun. Saat ia mengetikknya ia akan menghapusnya lagi. Saat ia akan mengatakan itu lewat voice mail ia urung mengirimkannya.

Gweboon merindukan Jinki. Itu faktanya. Itu kebenarannya.

Tapi ia tidak bisa mengirimkan kata-kata seperti ‘aku merindukanmu’ ‘aku sangat rindu padamu’ ‘apa yang sedang kau lakukan?’.

Karena hubungan mereka tidak lebih dari sekedar teman. Iya hanya teman. Tidak spesial bukan? Bukan hubungan yang penuh romantisme seperti sepasang kekasih.

Batas itu yang tidak dapat Gweboon lewati.

Hanya teman, ya hanya teman.

^^^

Gweboon beranjak dari tempat tidurnya dan duduk di depan meja belajar. Belajar? Ah, tidak mungkin. Di hari minggu yang membosankan ini akan semakin membosankan jika diwarnai dengan kegiatan yang dinamakan belajar. Gweboon sudah muak dengan pelajaran-pelajaran yang berjejalan di dalam otaknya. Tapi apa yang harus ia lakukan kali ini? Ia benar-benar bosan seharian berbaring di tempat tidur.

Ujung mata kucingnya melirik sebuah gitar cokelat di sudut ruangan. Itu milik Kim Jonghyun, kakaknya. Gweboon menghampiri gitar itu. Sudah lama ia tak memainkannya, Jonghyun-pun sama karena terlalu sibuk dengan kuliahnya.

Gitar itu diletakkan di pangkuannya. Memainkan beberapa kunci yang diingatnya. Sebuah lagu yang sering ia dengar terlintas di otaknya. Dengan cepat ia membuka notebook dan mencari chord lagu itu.
Gweboon mengamati chord gitar tersebut. Tidak terlalu sulit karena lagu ini memiliki tempo yang lumayan pelan. Ia mencoba memainkannya pelan. Dan saat siap ia mulai bernyanyi sambil diiringi petikan gitar yang ia mainkan.


^^^

All I hear is raindrop, falling on the rooftop
Oh, baby tell me why’d you have to go
‘Cause this pain I feel, it won’t go away
And today, I’m officialy missing you

Ooh, can’t nobody do it like you
Said every little thing you do, hey, baby
Said it stays on my mind
And I.... I’m officially missing you

^^^

Suara Gweboon yang terdengar hingga ke kamar Jonghyun yang berada di samping kamar Gweboon membuat laki-laki berbadan kekar itu tertarik. Ia tersenyum mendengar adik kesayangannya bernyanyi sambil memainkan gitarnya. Terlebih adiknya memainkan lagu tersebut.

Kim Gweboon bukanlah seorang anak yang percaya diri. Dia adalah gadis yang terbilang biasa dibanding dengan Taeyon, sahabat perempuannya yang terkenal dengan bakat Dance-nya. Gweboon bukan tidak berbakat, hanya saja dia tidak mau menonjolkan kemampuan bernyanyinya di depan khalayak umum meski sebenarnya ia memiliki suara yang terbilang ‘indah’.

Jonghyun mengenal adiknya dengan sangat baik. Adiknya akan bernyanyi dan memainkan gitar untuk meluapkan perasaan yang sedang dipendamnya. Ia menyalurkannya melalui lagu. Setiap lagu yang ia mainkan sebuah bentuk luapan perasaannya. Mewakili seorang Kim Gweboon dalam menunjukkan perasaannya.

^^^

Well, I wish that you would call me right now
So that I could get through to you somehow
But I guess it’s safe to say, baby, safe to say
That I-I’m officially missing
I’m officially missing you

Sebuah cairan bening jatuh dari manik indah Gweboon. Ia menghentikan permainanya sejenak dan menghapus air mata yang mengalir tiba-tiba. Dadanya sesak dan ia sangat ingin menangis.

“jika kau sangat merindukan Jinki kenapa tidak kau sampaikan langsung saja padanya?”, Jonghyun yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu kamar Gweboon sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Gweboon terkejut akan kehadiran Jonghyun yang muncul tiba-tiba. “YAK!! Bisakah kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk?!? Ini kamar seorang gadis for your information!”, seru Gweboon menutupi keterkejutannya.

“dan aku tidak bisa melihat adegan kau menangis sambil merindukan Jinki, huh?”

“aku tidak merindukannya”, elak Gweboon lirih.

Membohongi perasaannya huh? Dan Jonghyun sangat tahu akan hal itu.

“jangan berpura-pura. Jangan menyembunyikan apa yang kau rasakan sebenarnya dalam hatimu. Jika kau merindukannya bilang kau rindu. Jika suka padanya bilang suka. Jika cinta bilang cinta. Apa susahnya?”

“ahh! Diam kau Kim Jonghyun!  Kau tidak tahu apa-apa. Pergi dari hadapanku! Sebelum kupatahkan gitarmu!” ancam Gweboon.

“patahkan saja. aku tidak peduli. Aku pergi”, mengibaskan tangannya di udara lalu beranjak menuruni tangga.

“Yakk! Kim Jonghyun kau mau kemana? Meninggalkanku sendirian di rumah? Umma sudah berangkat ke Busan kau tahu?!” teriak Gweboon dengan menyembulkan kepalanya di pintu kamar.

“bertemu dengan Jinki. Dia datang dua hari yang lalu. Dia mengajak bertemu karena merindukan sahabat-sahabatnya”. Sahut Jonghyun datar tanpa membalikkan badannya.

apa? 

Jinki?

“Yakk Oppa! Tunggu.... aku ikut~~~~”


~Fin~