Selasa, 13 Mei 2014

JONGHYUN'S DREAM GIRL



Tittle: Jonghyun’s Dream Girl
Author: E.K.Des
Cast: Kim Jonghyun SHINee, menejer hyung, Lee Yubi
 Genre: romance (gagal)
Length: drabble (mungkin)
Rate: G alias Gaje
Desclaimer: FF gaje ini hasil otak abalabala saya~
Warning : hati-hati di jalan banyak lobang/?
a/n: Yubi? Kenapa Yubi nyempil? Atuhlah pengen aja ngepairingin mas Kimjong sama mbak Yubi. Blingers jangan potek yaaa?? Huwakakakaka XD
 no banyak cingcong, cusss..


~Happy reading~
                                                                                                                                     ©         
                                                                                                                                     ©         
                                                                                                                                     ©         
               Matahari pagi berganti menjadi matahari siang. Makin tinggi di atas padatnya kota Seoul. 10am KST.
Namja itu masih bergumul dengan selimutnya. Matanya terpejam. Menyembunyikan puppy eyesnya di balik kelopak mata yang tertutup itu.
Perlahan badannya mulai bergerak kecil. Membuka mata dan melihat ke langit-langit kamar. Melirik ranjang di sebelahnya. Taemin, sang maknae yang merupakan teman sekamarnya di dorm. Sudah tak ada penghuni di sana. Pasti sudah mulai bergulat dengan padatnya jadwal masing-masing. Mungkin dongsaengnya itu sengaja tidak membangunkannya karna semalam ia pulang ke dorm jam 3 pagi, setelah menjadi DJ radio tengah malam.
Semalam ia benar-benar langsung terlelap. Meskipun insomnia yang mendera dapat menjadi jalan untuk mencari nafkah baginya, tetap saja ini melelahkan. Setiap hari harus pulang dini hari dan menjadi penghuni terakhir di dorm siang harinya. Tertinggal sarapan bersama para member dan tidak lagi menjabat sebagai si paling awal bangun di antara member SHINee.
Perlahan menegakkan tubuhnya, duduk di pinggiran ranjang. Meraih ponselnya. Melihat jam, mengecek jadwal yang dikirimkan sang manajer, Mino hyung dan membuka sosmed. Twitter, sosial media yang menghubungkannya dengan banyak penggemar di luar sana. Melihat mention yang masuk, tertawa kecil membaca apa yang ditulis para fans untuknya. Ingin rasanya membalas  mention itu satu per satu, sayangnya itu tidak mungkin. Bukan hanya akan membuat para fans yang lain menjadi iri melihatnya, tapi juga akan membuat jari-jarinya makin pendek seperti kakinya karna banyaknya mention yang masuk. Tsk, alasan macam apa itu?
Meletakkan ponsel dan meraih sebuah buku sketsa yang ia letakkan tidak jauh dari tablet PC-nya berada. Membalik isi buku itu. Terlihat sketsa wajah seorang yeoja. Membalik halaman berikutnya lagi, lagi dan lagi. Buku itu berisi sketsa wajah yang sama. Yeoja yang sama.
Saat yeoja itu tersenyum, saat tertawa, saat menatap dalam, dan segala ekspresi lainnya yang tergambar dengan jelas. Jonghyun menghela nafas, masih memandangi sketsa yeoja manis yang sedang tersenyum itu. “hei, kau? Siapa kau? Mengapa setiap hari kau muncul di mimpiku? Mengenalmu pun tidak, mengapa dengan mudahnya kau masuk ke mimpiku, eoh?” ucapnya pada sketsa di depanya. Lalu tersenyum manis menatap wajah  yang tergambar di sana.
                                                                                                                           ©         
                                                                                                                           ©         
                                                                                                                           ©         

Begitulah, belakangan ini mimpi seorang Kim Jonghyun selalu dihiasi wajah yeoja itu. Kulitnya yang putih susu, bibir cherry-nya, mata dengan double eyelids, hidung yang mungil dan sangat pas dengan bentuk wajahnya yang baby face. Apalagi pipi chubby itu, benar-benar membuat yeoja itu semakin terlihat imut.
Yeoja itu selalu muncul di mimpi Jonghyun, aneh karna bahkan tak pernah sekalipun jonghyun bertemu dengan yeoja itu. Tapi degan sangat rajinnya yeoja itu muncul dalam mimpinya. Dan lucunya setiap bangun dari tidurnya, Jonghyun akan merasa bahagia. Ada rasa hangat dalam dadanya. Membuatnya bersemangat menyambut semua jadwal padatnya.
Yeoja dalam mimpinya itu seperti memberikan supply energi dalam dirinya. Jonghyun senang dengan rasa ini, rasa hangat yang merasup dalam dadanya. Dia tak pernah merasa terganggu dengan hadirnya yeoja itu dalam mimpinya. Sepertinya Jonghyun jatuh cinta. Jatuh cinta pada yeoja dalam mimpinya.
Terkesan aneh. Tapi, itulah yang dirasakan Jonghyun. Ia yang telah jatuh cinta pada gadis dalam mimpinya.

                                                                                                                           ©         
                                                                                                                           ©         
                                                                                                                           ©         

Sampai di pelataran parkir di depan gedung salah satu stasiun TV yang terkenal di Seoul. Jonghyun menyembulkan kepalanya dari balik pintu mobil. Memakai masker dan kacamata hitam. Berjalan menuju pintu besar gedung tersebut.
Di sepanjang dia berjalan disambut oleh beberapa fans yang mengambil gambar dirinya.
Drrt drrt drrt
Ponsel yang ia pegang bergetar.
“ne, hyung?”
“jjong kau di mana?”, suara di seberang line telphone yang memperdengarkan suara bass menejer hyung.
“a, aku sudah di depan gedung hyung”
begitukah? Kalau begitu cepatlah masuk ke dalam”.
“ne..”, jawab Jjong sedetik sebelum menejer hyung memutuskan sambungan terlebih dahulu.
Menatap layar ponsel sesaat, lalu mulai mempercepat langkahnya melewati pintu besar gedung itu. Menaikki tangga satu per satu menuju lantai yang ia yakini  menejer hyung sudah menanti di sana. Tentu saja ia tahu, karna ada jadwal record sebuah acara hari ini di gedung itu. Dan ia sebagai guest star-nya.
Sampai di lantai yang ia tuju. Berjalan di koridor sambil menyapa beberapa sunbae dan hoobae yang berpapasan dengannya. Berbelok di koridor menuju ruangan recording.
Deg..
Jantungnya serasa terhenti sesaat.
Sebuah pemandangan yang sangat sulit dijelaskan. Dia hanya bisa memandang lurus ke depan tanpa bisa membuka suara. Kakinya terasa kaku dan sangat berat untuk mulai melangkah.
“hei, Jjong!”, seru menejer hyung kepada Jonghyun yang masih berdiri di tengah-tengah koridor. “kemarilah..”
Tapi jonghyun tidak bereaksi. Dia masih berdiri di tempat yang sama. Memandang lurus ke depan. Matanya tak pernah lepas dari..
Dari sosok wanita yang berdiri di samping menejer hyung..
Wanita yang..
Aahh, dasar kau Jjong, kenapa kau selalu tak bisa memalingkan pandanganmu dari semua yeoja yang tergolong cantik, eoh? Sifatmu ituuu aisshh.... batin menejer hyung.
Menejer hyung menggaruk belakang tengkuknya yang terasa aneh. Emm, mungkin merasa tak enak pada gadis di sampingnya, yang rencananya akan ia perkenalkan pada laki-laki aneh yang masih berdiri di tengah-tengah koridor dan sama sekali belum beranjak dari tempatnya meski sudah ia panggil. Tersenyum canggung pada gadis di sampingnya lalu memberi isyarat bahwa ia akan menjemput laki-laki aneh itu.
“yak, Jjong. Kau ini apa-apaan? Kenapa masih berdiri di sini? Kau mau membuatku malu, eoh?”, ucap menejer hyung saat sudah berdiri di depan si dino head dengan setengah berbisik.
“h, h, hyung.. di dia siapa?”, tanya Jjong dengan suara yang hampir seperti bisikkan.
“aisshh, kau! Ayo, aku berencana mengenalkanmu padanya”, menejer hyung sembari menyeret tubuh Jonghyun mendekati gadis yang masih berdiri di tempatnya tadi sambil tersenyum manis.
Senyum itu..
Wajah itu..
Pandangan mata itu..
Oh, Tuhan.. Bagaimana bisa kau membuat skenario kehidupan seperti ini..?
Dia cantik.. sangat cantik.. tapi apa ini nyata?
“nah, kenalkan ini Lee Yubi dia akan menjadi partner guestmu di acara ini Jjong”, terang menejer hyung.
“anyeong, Lee Yubi imnida..”, ucap Yubi sambil mengulurkan tangannya ke arah Jonghyun.
Jonghyun masih terpaku di tempatnya. Tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Kedua mata hazlenya tak dapat lepas dari wajah Yubi.
Bahkan suara itu..
Suara itu sama...
Sama dengannya..
Apakah dia adalah... DIA..?
“hei, Jjong..”, bisik menejer hyung di telinga Jonghyun, agak sebal pada si dino head itu yang masih belum bereaksi pada salam perkenalan dari Yubi. Paling tidak jangan kau biarkan gadis itu menggantungkan tangannya tanpa kau membalasnya Jjong, batinnya.
“bagaimana bisa kau berada di sini?”, sebuah kalimat yang akhirnya keluar dari bibir Jonghyun. Tapi, sebuah kalimat tanya. Kalimat yang membuat dua orang di depannya mengerutkan alis. Dan Yubi mulai menurunkan tangannya perlahan.
“a.. a.. aahhh.. pasti kau mengira kalau Yubi ini murid High School kan? Kau salah Jjong, dia seumuran denganmu. Kalian sama-sama 90 liner. Tadi kupikir juga seperti itu.. he he hee heee”, terang menejer hyung dan diakhiri tawa canggung.
Yubi tersenyum canggung. Kedua mata Jonghyun masih tidak lepas dari kedua matanya. Ahh, suasana ini sungguh tidak enak. Yubi mulai mengalihkan pandangannya. Memberi isyarat pada menejer hyung jika dia akan beranjak pergi dari tempat itu.
Greepp..
Telapak tangan yang terlihat kokoh itu menahan lengan kiri Yubi. Bukan, bukan menejer hyung. Tapi Jonghyun. Iya, namja aneh itu. Namja yang sedari tadi hanya memandangnya tanpa membalas salam perkenalannya.
“pernahkah kau jatuh cinta pada seseorang yang belum pernah kau temui sama sekali?”
“mwo?”, menejer hyung dan Yubi hampir bersamaan menjawab pertanyaan Jonghyun yang tiba-tiba itu.

“pernahkah kau jatuh cinta pada sosok yang selalu muncul di mimpimu?”, pertanyaan Jjong yang semakin membuat kedua orang di depannya mengerutkan kening dan semakin kebingungan.

“aku... jatuh cinta padamu Lee Yubi-shi”

“WMO??”, seru menejer hyung yang menggema di seluruh koridor.


~FIN~

Kamis, 01 Mei 2014

Between Dubu and Chicken


^^^
“dubu, aku mencintaimu..”, kataku sambil memandang ke arah namja manis di sampingku ini. Dia memandang ke arah matahari senja. Dengan takut-takut aku mencoba melihat wajahnya. Penasaran dengan perubahan ekspresinya, entah ia tersenyum ataupun kaget. Tapi dia tidak merubah ekspresinya sedikit pun.
Ini bocah denger nggak sih? Aku bilang apa?
“Dubuuu.... kamu nggak denger ya tadi aku bilang apa?”, kataku sambil menggoyangkan lengannya. “naneun jongmal joaheyo, Dubu oppa. Aku benar-benar menyukaimu.”
“ne, aku mendengarmu.”
“terus kenapa nggak jawab?”
“karna aku bingung.”
“waeyo? Kenapa?”
“karena kamu tadi seperti memberikan pernyataan. Jadi aku musti kasih sanggahan atau jawaban? Aku bingung.”
Yah, sangtae-nya kumat lagi. Kalo ada jjong sama key oppa mereka pasti langsung nyanyi “mwolhaedo Onew sangtae!” [whatever he does it’s onew condition]
“lah, kamu cuma musti bilang suka atau nggak sama aku. Gitu ajaa..”
“kalau aku bilang aku nggak suka sama kamu gimana?” Aku menundukkan pandanganku dari Dubu saat mendengar kalimatnya barusan. Memanyunkan bibir dan menunduk lesu. “aaahh,, jadi kamu tidak suka ya? Apa aku harus bilang suka ??” tanyanya dan langsung membuat ku berbinar lagi.
Dubu tersenyum melihat perubahan ekspresiku. Waaa... senyum itu senyum itu... andweeee kamu akan  membuatku makin jatuh cinta padamu oppaaa.....
 “kundae, kamu tau kan? Aku sudah jatuh cinta dan menyukainya sangat lama?” kata Dubu yang langsung menghilangkan senyum kebahagiaanku.
“arayo... kundae oppa, apa oppa tidak bisa membagikan rasa suka itu sedikiiittt saja padaku??” tanyaku memelas.
Dubu yang mendengarnya hanya diam saja dan senyum yang tadi membuatku terpesona hilang sudah. Dia serius. “aku... mencintai chicken...”
Aku tertunduk lesu. Membayangkan yangnyeom tondakk (ayam goreng) berbentuk pentungan berjalan mendekati Dubu. Merangkul Dubu dan mengajaknya meninggalkan aku sendirian. Tertawa. Tersenyum riang. Mereka bahagia. Dubu bahagia.
“ahh,, sudah semakin gelap. Kau mau kuantar pulang?”
“ eemm,, tidak perlu oppa. Aku bisa pulang sendiri. Terima kasih untuk hari ini,” kataku sambil beranjak pergi.
Sampai di rumah aku langsung menuju kamar. Bahkan tanpa menyapa eomma di dapur. Melemparkan tubuh di atas kasur. *deep sigh* rasanya kecewa, sedih, malu bercampur aduk. Ingin menitikkan air mata tapi tak bisa. Huwaaa.... nyesekk...
Tok.. tok.. tok...
Seseorang mengetuk pintu kamarku.
“nuguseyooo..??” tanyaku pada si pengetuk,  tanpa beranjak untuk membuka pintu.
“Eomma. Wae? Kau pulang bahkan tidak menyapa Eomma? Gwencana? Apa kau sudah makan?” tanya Eomma di luar kamar.
“gwencanayo Eomma.. saya sedang malas makan”, jawabku.
“kenapa? Nanti kamu sakit. Eomma masakkan tofu kesukaanmu.”
Tofu? Tofu? It’s Dubu. Mengingatkan lagi pada Dubu yang berkulit putih dan berhati lembut. Hiks.. hiks... air mata pun mengalir begitu saja.
“siroyo Eomma. Saya tidak mau makan tofu lagi. Jangan masakkan tofu lagi..” kataku setengah berteriak dan menahan isak.
“aahhh... baiklah. Kalau begitu apa mau Eomma pesankan ayam goreng?”
Huwaaa.... tangisku pun semakin deras, “andwe Eomma... andweee.... hajimaaa.... jangan masakkan tofu lagi jangan pesankan ayam goreng lagi. Saya tidak mau makan dua makanan itu lagi...!!”
“geure”, jawab Eomma, lalu terdengar langkah kaki menuruni tangga.
Akupun melanjutkan tangisku sambil memeluk selimut.
Tok... tok... tok...
“Eommaa.... saya tidak mau makan... saya tidak mau makan tofu... jebaal... jangan ganggu saya eommaaaa.... hiks... hiks...” kataku sambil terisak menjawab ketukan pintu.
“wae? Kenapa? Kenapa kamu tidak mau makan tofu lagi?”
Kaget. Suara itu. Bukan suara Eomma. Suara berat itu.... aku langsung berlari menuju pintu. “oppaa...??!!?? mwo...mwo haeso-yo?? Apa yang kau lakukan? Kenapa kau bisa di rumahku??” aku yang kaget melihat Dubu sudah berdiri di depan pintu kamarku.
“ kenapa kau tidak mau makan tofu lagi? Apa itu karena mengingatkanmu padaku? Apa kau membenciku?” tanya Dubu berentetan. Aku menunduk, mengalihkan pandangan dari wajah Dubu yang bagai malaikat. “apa kau menangis? Apa aku yang membuatu menangis?” Dubu sambil mengusap pipiku. Aku terkesiap dengan perlakuan Dubu barusan. Saat akan menatapnya tiba-tiba saja dia menubrukkan tubuhku ke dadanya.
Dubu memelukku. Dia benar-benar memelukku. Bahkan aku bisa mendengar detak jantungnya yang menderu. Apa dia baru saja berlari menuju kemari? Pikirku. Bahkan aku bisa merasakan hangat dan wangi tubuhnya. Memimpikan hal ini saja aku belum pernah.
“mianhee... maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu menangis. Kumohon jangan menangis karenaku. Jebaaal... hajimaa...” ucapnya sambil memelukku erat. “kamu tau kan? Chicken sudah menemaniku selama 24 tahun. Aku tidak mungkin mencampakannya begitu saja. Tapi, aku juga tidak mungkin membiarkanmu membenciku, meninggalkanku, jauh dari lingkaranku.”
“mungkin ini terdengar egois. Tapi, tetaplah menyukaiku. Berada disekelilingku. Selalu tersenyum padaku. Selalu ada untukku. Aku emang tidak bisa memberimu harapan bahwa nantinya aku akan mencintaimu. Tapi, aku ingin kau selalu ada disampingku. Jadi, kumohon tetaplah berada di duniaku. Ne?” dia melepas pelukannya pelan. 
Aku menunduk, mencerna semua kata-kata yang baru saja Dubu katakan.  Sekian detik aku berpikir, kemudian aku mendongakkan kepala, memandangnya. Tersenyum dan mengangguk pelan tapi mantap. Dia membalas dengan senyumannya yang sangat manis itu.
“Jin ki-ah, ayo makan. Bibi sudah siapkan ayamnya..” teriak eomma dari lantai satu.
Aku memandang dengan penuh tanya pada Dubu, “aku yang membawanya kemari. Ayo kita makan. Kajja..” kalimat Dubu yang menjawab pandangan penuh tanyaku. Dia menggandeng tanganku menuju ke ruang makan.
 Yaa, mungkin aneh kenapa aku mau menerima begitu saja permintaan Dubu yang memintaku untuk selalu menyukainya. Paling tidak dia tidak membenciku. Dia masih memintaku untuk selalu berada di sekelilingnya. Itu artinya dia tidak membenciku. Dia tidak berusaha untuk menjauhiku walaupun aku menyukainya.
Dia masih mengijinkanku untuk berada di sampingnya. Dan itu sudah membuatku bahagia. Terima kasih Dubu oppa. Jongmal saranghaeyo....

~the end



~