Minggu, 14 September 2014

FF JINBOON : FAIRY


***

Pernahkah kalian mendengar tentang sebuah kisah? Sebuah kisah tentang peri-peri kecil yang tinggal di balik semak-semak di bawah pohon momiji. Peri-peri dengan sayap cantik transparan yang serupa dengan sayap capung, hanya saja sayap mereka lebih bersinar. Saat mereka terbang, debu-debu emas berjatuhan dari ujung sayap mereka. Dan saat mereka diam di suatu tempat, debu-debu emas itu akan bertebaran menari-nari di sekitar tubuh mereka.

Makhluk-makhluk cantik yang bersembunyi di balik semak di bawah pohon momiji. Menyembunyikan kehadiran mereka agar tak diketahui oleh makhluk lain di luar sana. Makhluk sempurna dengan keingintahuan yang besar. Makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan dengan akal yang cerdas, dan keingintahuan yang besar. Manusia.

Seorang gadis cantik perlahan berjalan mendekati semak itu. Dengan kaki telanjangnya, ia berjalan sambil merasakan rumput-rumput halus di sekitarnya. Sampai di depan semak, dia mulai membungkukkan badan. Mengamati semak-semak itu lalu tersenyum manis.

Debu-debu emas berterbangan di sekitaran semak. Makhluk-makhluk kecil berterbangan dan bergaya anggun di depan mata gadis itu. Salah satu peri itu terbang cepat lalu berhenti tepat di depan mata gadis itu. Peri dengan tampilan wajah yang lebih dewasa, anggun, dan cantik. Mungkin ia adalah ratu dari para peri itu.

Sang peri seperti mengucap sesuatu. Hanya saja dengan suaranya yang sangat kecil membuatnya tak dapat didengar oleh makhluk lain selain mereka.

Tapi  gadis itu mendengarnya. Mendengar dengan sangat jelas.

“aku pasti akan menemukan cinta sejatiku”, ucap gadis itu dengan diiringi senyuman manis meyakinkan si peri. “dan saat aku menemukannya, aku akan hidup dengan bahagia eomma”.
Gadis itu menegakkan tubuhnya. Dan sebuah sayap transparan mulai terlihat dari balik punggungnya. 

Debu-debu emas berterbangan di sekitarnya. Ia memejamkan matanya. Merasakan hembusan angin yang menerpa wajah cantiknya.

“aku pasti akan menemukannya.” Gumamnya sambil tersenyum.
***
Taukah kau tentang kisah ini? Kisah tentang seorang peri yang ingin menjadi manusia.

Dia adalah seorang peri. Hanya saja ia adalah peri yang berbeda. Ia dilahirkan dengan tubuh manusia tapi dia tetaplah seorang peri. Dan di umur 17 tahun, dia harus berubah untuk menjadi seorang manusia seutuhnya. Karna jika dia tidak melakukannya, dia akan menghilang. Benar-benar menghilang.

Syarat agar dia dapat menjadi manusia adalah dia harus menemukan cinta sejatinya.

***

“Lee Jinki-shi, sekarang giliranmu!”, seru pelatih Kang dari samping tiang lompatan.

Lee Jinki mulai memposisikan badannya di ujung lintasan lari. Menerka-nerka jarak dari tempatnya berdiri hingga tiang lompatan. Lalu mulai mengayunkan tubuh dan kedua lengannya ke depan ke belakang dengan gerakan pelan namun tegas.

Melangkahkan kaki kanannya terlebih dahulu dengan rentangan kaki yang panjang. Berlari. Ia berlari dengan gerakan yang setengah melompat seperti rusa. Hingga mendekati tiang lompatan, ia mulai melompat tinggi sambil memutar tubuhnya. Melewati pembatas yang melintang di kedua tiang. Dan menghempaskan tubuhnya di matras yang tergelar di bawahnya.

Senyum kemenangan terkembang di wajahnya. 2m 30cm. Dia berhasil memecahkan rekornya sendiri.

Di pinggir lapangan, berdiri sekelompok yeoja dengan pakaian olahraga. Memperhatikan lompatan Lee Jinki tadi dengan kekaguman. Berbisik-bisik satu sama sama lain memuji kehebatan sunbae mereka itu.

“Lee Jinki sunbae~ kau hebat.. kau yang taerbaik....”, teriak seorang yeoja yang  berdiri di luar sekelompok haksaeng yeoja tadi. Teriakannya yang keras disertai suara melengkingnya tak ayal membuat semua mata tertuju padanya. Dengan tatapan jengkel, para haksaeng yeoja tadi memberikan tatapan sinis dan celaan kasar pada yeoja yang ‘berisik’ tadi.

Tapi, Kim Gweboon tak peduli. Dia akan mengekspresikan semua kekagumannya pada namja tampan yang baru saja melakukan lompatan terbaiknya itu. Emm, bukan lompatan terbaiknya sepertinya. Karna Gweboon yakin, seorang Lee Jinki bisa melakukan lebih baik dari itu.

Lee Jinki bangkit dari atas matras. Berjalan pelan menjauhi tiang lompatan. Ia melewati tempat pelatih Kang berdiri mengawasi lompatannya tadi. Pelatih Kang memberi tepukan pada bahu kanan Jinki. Sebuah senyuman terukir di wajah Jinki membalas perlakuan pelatihnya.

Sekilas Lee Jinki melirik pada yeoja yang ada di seberang tempatnya berdiri. Yeoja yang sedang menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri sambil meneriakkan namanya. Kim Gweboon, dasar gadis itu.

“ya! ya! ya! Kim Gweboon! Berhenti berteriak-teriak seperti itu. Cepat berdiri di posisi”, perintah pelatih Kang.

“ne, seongsanim~”, jawab Gweboon sambil mengangguk pelan pada pelatih sekaligus gurunya itu. Ia mulai berjalan menuju posisinya untuk melakukan lompatan.

Pelatih Kang bersama Lee Joon mengatur ulang tinggi tiang lompatan agar memenuhi standart lompatan bagi pelompat putri. Gweboon mengamati lintasan di depannya. Memandang ke tiang lompatan lalu beralih ke arah namja yang berdiri di sisi kiri lapangan bersama namja lain, Lee Jinki. 

Senyuman manis terkembang di bibir Gweboon karna ternyata si namja juga melihat ke arahnya.

“selesai. Ayo Gweboon mulai!” seru pelatih Kang.

Gweboon mulai mengambil ancang-ancang. Ia berlari. Dan saat mendekati tiang lompatan dia melompat tinggi. Lalu menghempaskan tubuhnya ke atas matras. Hampir sama dengan yang dilakukan Jinki tadi. Hanya saja, sepersekian detik tadi, saat yeoja itu melompat dan berada di udara, ia seperti melayang. Gadis itu terbang. Dengan sebuah sayap transparan dan kilauan cahaya yang terpancar dari tubuhnya.

Tak ada yang melihatnya. Tak ada yang dapat melihatnya.

Ia adalah seorang peri. Tubuhnya ringan, itu yang membuatnya dapat melompat setinggi itu. Dan saat berada di udara tadi, ia sengaja mengepakkan sayapnya. Merasakan terbang dengan sayapnya tanpa seorang pun menyadarinya. Anggap dia curang karna melakukan hal itu. Tapi siapa yang tahu?

Semua orang terkagum akan lompatan Gweboon tadi. Bukan karna lompatannya. Tapi, karna seperti ada cahaya yang memancar dari tubuh gadis itu. Mungkin karna efek cahaya matahari? Atau karna memang gadis itu bercahaya? Entahlah.

“Kau hebat Kim Gweboon”, gumam Jinki. Ujung matanya terpusat pada ukuran tinggi pembatas tiang lompatan yang sengaja ditinggikan oleh pelatih Kang. 2m 10cm. “Bagaimana bisa dia melompat setinggi itu? Apa gadis itu terbang? Benar-benar terbang?”

***

Gweboon berdiri di depan gerbang sekolah. Menanti seseorang. Kedua manik matanya melihat ke sekeliling. Beberapa haksaeng yeoja dan namja melewatinya. Beberapa di ataranya berbisik-bisik sambil sesekali melirik pada Gweboon. Gweboon tahu mereka membicarakannya.

Gweboon adalah gadis yang aneh. Dia tidak normal. Dia bahkan sering memeluk cermin di toilet wanita. Dia menyukai Lee Jinki. Lee Jinki tidak mungkin menyukai gadis aneh sepertinya.
Itulah beberapa hal yang para haksaeng itu bicarakan. Gweboon mendengarnya meski mereka berbisik sekalipun. Ujung bibirnya tertarik ke atas sedikit. Ia tersenyum kecut.

Benar dia berbeda. Karna dia benar-benar berbeda. Dan setiap yang dia lakukan sepertinya semakin membuatnya tak dapat berbaur dengan manusia. Bahkan dengan teman sekolahnya sekalipun.

Ia melihat pantulan bayangannya di kaca telephone umum di samping kirinya. Sepasang sayap 
terkembang di balik punggungnya. Ia menatap pantulan sayapnya.

Jangan menatap cermin atau apapun yang memantulkan bayanganmu

Sebuah suara lembut masuk ke telinganya. Gweboon tersenyum sekilas.

“maaf..”, gumamnya pelan.

Gweboon berbalik. Dan ia melihat punggung seorang namja yang sangat dikenalnya. Ia lalu berlari menyusul namja itu.

***

Jinki berjalan pelan sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana seragamnya. Melewati lorong kecil perumahan dengan lebar tidak lebih dari dua meter. Lorong itu sepi. Hanya ada beberapa orang yang lalu lalang di jalan itu, karna itu adalah jalan memutar dan bukan jalan utama.

Tiba-tiba Jinki berhenti lalu membalikkan badannya. Kedua mata sabitnya tertuju pada seorang gadis yang berjalan di belakangnya tadi.

Gadis itu terkejut karna orang yang diikutinya tiba-tiba berbalik. Dia pun berhenti dengan posisi yang agak aneh. Karna sedari tadi dia mengendap-endap berjalan di belakang Jinki.

“kau tidak bosan selalu menguntitku seperti itu?”, tanya Jinki dengan nada ketus.
“hemm?”, jawab Gweboon dengan keterjutannya.
“berhentilah mengikutiku.”
“ta.. tapi..”

Aaaaakkkkk.....

Sebelum Gweboon melanjutkan kalimatnya sebuah teriakan seorang wanita menghentikannya.

Beberapa meter di belakangnya ada seorang wanita yang tersungkur jatuh dengan tangan kananya menunjuk ke depan.  Ia menunjuk pada laki-laki berjaket kulit yang berlari sambil membawa sebuah tas wanita.

Laki-laki itu berlari melewati Gweboon dan Jinki.  Detik berikutnya Jinki berbalik dan berlari mengejar laki-laki tadi. Gweboon ikut berlari di belakang Jinki.

Laki-laki itu berlari dengan sangat kencang menghindari kejaran Jinki dan Gweboon. “Pencuri.....pencuri......”, gweboon yang berlari di belakang Jinki berteriak berkali-kali. Tapi karna lorong itu benar-benar sepi, tak ada yang ikut berlari mengejar pencuri itu.

 Pencuri tadi berbelok ke kanan saat sampai di ujung jalan. Laki-laki  itu tertegun sejenak saat melihat di depannya adalah pagar kawat setinggi 4meter. Jalan buntu.

Jinki sampai di tempat laki-laki tadi berbelok. Dan ia melihat si pencuri sudah memanjat pagar kawat tadi dan mulai akan melompat turun. Jinki berlari cepat menuju pagar itu. “Hei! Berhenti!” seru Jinki.

Hiyaaakkkk....

Gweboon menerjang laki-laki tadi dan duduk di atas punggung pencuri itu. Pencuri itu langsung tersungkur di bawahnya. Gweboon merebut tas wanita yang di tangan kanan laki-laki itu. “hei kau pencuri, berhentilah mencuri atau kau akan merasakan kekuatan yang lebih dahsyat dari Kim Gweboon... ara ?!? ” racau Gweboon sambil  berdiri dari laki-laki punggung itu. “hei... hei... kau pingsan? Ahh~ ternyata dia pingsan”, lanjutnya sambil menendang-nendang kecil perut laki-laki tadi.

Gweboon berjalan menuju pagar kawat. Menghampiri Jinki yang masih berdiri di baliknya. Dengan tersenyum penuh kemenangan.

Jinki tertegun melihat kejadian yang baru saja berlangsung di depannya. Gweboon melompati pagar itu dengan mudahnya. Dan dapat melumpuhkan pencuri itu dengan sekali terjang.

“gwe.. gweboon.. ka..kau.. bagaimana bisa kau melewati pagar setinggi ini?”, tanya Jinki dengan tergagap.

 “aku terbang.”

Jinki tertegun mendengar jawaban Gweboon.

“hahaha.. kau lucu sekali sunbae, tentu saja aku melompatinya. Sebagai atlet lompat tinggi itu hal yang sangat mudah, kan?” Gweboon melempar tas wanita yang dipegangnya melewati pagar dan dengan refleks ditangkap oleh Jinki. “kembalikan tas itu ke wanita tadi dan bawa dia ke kantor polisi. Aku juga akan membawa laki-laki ini ke sana. Okey?”

Gweboon mengedipkan matanya pada Jinki sekilas. Gadis itu berbalik lalu memapah -agak menyeret- si pencuri yang ternyata sudah setengah sadar.

Jinki masih berdiri di tempatnya. Masih belum dapat mencerna dengan akal kejadian yang baru saja terjadi di depannya. Tidak mungkin Gweboon dapat melompati pagar setinggi itu dengan sangat mudahnya, ia sendiri pun tidak mungkin bisa.

“Kim Gweboon, siapa kau sebenarnya?”

***

Seorang cinta sejati yang mencintai dengan tulus

Cinta yang suci tanpa keinginan jahat dalam hatinya

Cinta yang dapat menerima apa adanya

Cinta yang saat melihat wujudmu yang sebenernya ia tak kan berlari

Ia tetap di sana

Tersenyum

Dan memelukmu dengan hangat

Cahaya emas bertebaran di sekeliling tubuh Gweboon. Memandang pantulan bayangannya di cermin tinggi berbingkai ukiran kayu. Sayap yang mengembang di belakang punggungnya mengepak lemah.

Sedikit demi sedikit cahaya itu akan pudar dan menghilang

Cahaya itu redup hingga tak berbekas

“sebentar lagi waktumu akan habis Gweboonie sayang... bisakah kau..??”, kalimat itu tertahan di sana. Sang ibu memandang ke arah bayangan Gweboon di dalam cermin. Cairan bening mengalir di pipi sang ratu peri.

Gweboon berdiri diam. Ia tertegun di tempatnya.

Perlahan Gweboon membuka matanya dan menemukan dirinya terduduk di atas ranjangnya.

Mimpi itu bukan mimpi

Mimpi itu nyata

Dan yang paling nyata adalah

Cahaya yang redup di sekitar sang peri

***

Jinki mengayuh sepedanya di jalanan sempit yang sering ia lewati saat pulang. Tetes demi tetes air mulai turun dari langit. Jinki berhenti sejenak, menengadahkan tangannya dan merasakan tetesan air yang mengenai telapak tangannya.

“hujan”, lirihnya.

Jinki mempercepat kayuhannya saat dirasa tetesan air semakin banyak mengenai punggungnya. Kedua matanya semakin menyipit saat banyak air hujan mengenai bagian depan wajahnya. Air hujan yang seperti menyerangnya bersamaan. Menimbulkan rasa sakit seperti jarum-jarum kecil yang beramai-ramai menancap di seluruh bagian tubuh.

Hujan yang sangat deras membuat jarak pandangnya tak lebih dari dua meter. Dan saat sampai di jembatan kecil dengan pembatas rendah, sebuah motor dengan kecepatan tinggi menyelipnya dari sebelah kanan.

Jinki oleng, sepeda yang ia naiki terlempar jauh. Sedang tubuh Jinki  tercebur ke dalam aliran sungai yang deras.

Timbul tenggelam di tengah derasnya aliran sungai. Kedua lengannya menggapai-gapai di permukaan air. Perlahan tubuhnya melemas dan tak bergerak.

***

Gweboon membaringkan Jinki di atas rumput basah. Di belakangnya aliran sungai masih deras dan volumenya semakin bertambah dikarenakan hujan yang belum berhenti.

Wajah cantik Gweboon melukiskan kekhawatiran. Aliran airmata mengalir deras di pipi Gweboon. Ia coba memanggil nama Jinki berkali-kali. Tak ada jawaban.

Jinki pucat. Bibirnya membiru. Kelopak matanya tertutup rapat.

Gweboon memeriksa nadi dan pergerakan dada Jinki. Masih berdetak, tapi ia tak bernafas.
Gweboon memberikan tekanan ke dada Jinki berulang-ulang. Namja itu tetap tak bergeming. Ia membuka mulut Jinki dan mulai memberikan nafas buatan. Ia lakukan kedua hal itu berkali-kali sambil memeriksa pernafasan dan detak jantung namja itu.

Hingga akhirnya namja itu mulai terbatuk dan mengeluarkan air dari dalam tenggorokannya. Matanya mulai membuka sedikit demi sedikit. Gweboon tersenyum lega.

Kedua mata Jinki terbelalak kaget melihat sesosok makhluk yang ada di depannya.

“si.. si.. siapa kau?”, tanya Jinki sambil menunjuk sosok di depannya dengan jari yang bergetar.
Gweboon tertegun di tempatnya.

“pergi... pergi dariku.. jangan dekati aku...”,  seru Jinki sambil menggerakkan tubuhnya menjauh dari sosok di depannya. Dan dengan tubuh yang terhuyung ia menjauh dari tempat itu.

Gweboon berdiri di tempatnya. Kedua maniknya menatap sendu. Perlahan ia memutar wajahnya ke kiri. Melirik pada sepasang sayap yang mengembang di balik punggungnya.

“jika bukan kau cinta sejatiku, lalu siapa Jinki?? Siapa??”

***

Bukankah sebuah kesia-siaan saat kau terus berada di sampingnya?

Dia bahkan bukan cinta sejatimu?

Dia bahkan bukan seseorang yang dapat membuatmu bahagia..

Dia hanyalah dia..

Dia yang seharusnya tak perlu kau harapkan..

***

Jinki berjalan tergesa-gesa di lorong kelas. Beberapa haksaeng memandangnya dengan aneh walau tak peduli apa yang dicari oleh Jinki sebenarnya.

Jinki berhenti di sebuah kelas yang terbuka pintunya. Beberapa haksaeng penghuni kelas itu sedang menikmati jam istirahat dengan bersantai-santai di dalam kelas. Jinki menyapu pandangannya ke setiap sudut ruangan, tapi ia tak menemukan apa atau siapa yang ia cari.

Jinki menghampiri salah satu haksaeng namja yang duduk menatap ke luar jendela sambil menopang dagu dengan tangan kanannya.

“ Minho-ya, kau tahu dimana Gweboon?”, tanya Jinki tanpa basa-basi.

“ahh, hyung. Ada apa?”, jawab Minho yang baru kembali ke alam sadarnya.

“kau tahu dimana Gweboon?”, ulang Jinki.

“gwe.. gweboon? maaf hyung aku tidak tahu. ”, jawab Minho sambil menggelengkan kepalanya.

“ dia tidak masuk dua hari ini. tanpa izin apapun”, sahut Woohyun yang duduk di depan meja Minho tanpa menoleh pada Jinki dan masih fokus pada ponsel di tangannya.

“tapi, ada apa kau mencarinya hyung?”, tanya Minho penasaran.

“ada suatu hal yang harus ku tanyakan padanya”, jawab Jinki lirih hingga tak terdengar di telinga Minho.

***

Bayangan kejadian dua hari lalu masih terlintas di benak Jinki. Saat ia terjatuh ke dalam sungai. Saat ia tenggelam. Tak sadarkan diri. Hingga ia tersadar dan melihat sosok asing di depannya.
Bukan bukan. Sosok yang menolongnya tidak asing dalam benaknya. Ia mengenalnya. Hanya saja saat senja itu, ia melihat sosok yang ia kenal berwujud berbeda.

Saat Jinki membuka matanya perlahan ia melihat senyuman itu. Senyuman cantik seorang yeoja yang satu tahun ini selalu berputar-putar dalam benaknya. Senyuman hangat. Senyuman yang selalu ia rindukan. Senyuman seorang Kim Gweboon.

Tapi saat kesadarannya semakin pulih, ia melihat sesuatu yang berbeda. Ia melihat sesuatu yang aneh muncul di balik punggung gadis di depanya. Sepasang sayap terkembang di balik punggung gadis itu.

Itu aneh. Benar-benar aneh. Dan entah bagaimana kakinya menuntunnya untuk menjauh dari gadis itu.

Jinki berjalan terhuyung. Kepalanya pening. Ia berhenti. Nafasnya tersengal. Ia merasa paru-parunya masih dipenuhi oleh air sungai yang ia minum tanpa terrencana.

Jinki berjalan pelan menuju kotak telephone umum yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia sandarkan punggungnya pada dinding kaca. Matanya terpejam. Memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.

Dan sebuah kesadaran memukul alam sadarnya.

Jinki langsung berlari kencang. Ia berlari secepat yang ia bisa. Kedua kakinya menuju ke sungai tempat ia tenggelam tadi.

Namja itu mempercepat larinya saat menyadari tempat yang ia tuju sudah semakin dekat. Ia terengah, nafasnya tak beraturan, debar jantungnya tak normal.

Sampai di tepian sungai, Jinki berhenti. Kekecewaan muncul dalam hatinya.  Kosong. Tak ada satu orang pun di sana.

Jinki merutuki dirinya yang terlambat menyadari semua hal yang terjadi.

“Kim Gweebon..”, lirihnya.

***

Mendung yang sedari pagi menggantung di langit seoul akhirnya menumpahkan tetes-tetes airnya dengan serentak. Hujan deras mewarnai senja. Gelap dan dingin.

 Gweboon berdiri di pembatas jembatan tempat Jinki terjatuh dua hari lalu.  Gweboon memandang ke arah langit. Pandangannya sendu. Maniknya kehilangan sebuah keceriaan yang sering ia tampakkan.

“sebentar lagi waktunya, kan?”, gweboon tersenyum miris. Ia menunduk dan memperhatikan bayangannya di aliran sungai. Sayapnya mengatup dibalik punggungnya. Lemah dan meredup. Debu-debu emas yang mengelilinginya menghilang sedikit demi sedikit.

“eomma~ maaf. Karna bahkan aku tak bisa mencapai kebahagiaanku sendiri. Maaf..”, setitik cairan bening mengalir dari pelupuk mata indahnya.

Gweboon merentangkan kedua tangannya sambil menutup mata. Merasakan tetesan air hujan yang mengenai tubuhnya. Ia menegadahkan wajahnya ke langit.

“Kim Gweboon...!!”, seru seseorang hingga Gweboon kembali membuka matanya dan menoleh pada sumber suara.

Jinki berlari dengan seragam yang basah kuyup. Ia menghampiri Gweboon dengan cepat dan menarik tangan gadis itu. Gweboon turun dari pebatas jembatan karna tarika Jinki. Jinki menubrukkan tubuh Gweboon ke tubuhnya. Lalu ia memeluk tubuh gadis itu erat. Sangat erat seakan ia tak akan kehilanga gadis itu, meski ia tak tahu mengapa ia merasa demikian.

“su..su..sunbae..”, lirih Gweboon dengan kepala yang masih berada di dalam pelukan Jinki. Telinganya bisa mendengar dengan jelas deru nafas dan detak jantung Jinki.

“jangan pergi Gwe..”

Gweboon mendongakkan kepalanya. Pandangannya penuh dengan tanda tanya menuntut penjelasan yang lebih dari Jinki atas kalimatnya barusan.

Jinki melepaskan pelukannya pada Gweboon, ia mundur selangkah lalu menatap dalam ke arah kedua manik indah Gweboon. “aku tidak tau kenapa aku merasa demikian. Maksudku, hanya saja.. aku merasa bahwa kau akan segera pergi jika aku tidak menemukanmu. Dan.. entah mengapa aku merasa, jika kau pergi nanti aku adalah laki-laki paling menyesal di dunia ini.”

Gweboon masih mematung di tempatnya. Tak ada satu kata pun yang terucap dari bibirnya.
Jinki menarik nafas panjang dan menghembuskannya kasar. Seperti menghilangkan rasa gugup dari dalam dirinya.

“Kim Gweboon.. aku mencintaimu..”

“aku tidak peduli siapa kau sebenarnya. Entah kau seorang peri atau seorang manusia seutuhnya. Sungguh aku mencintaimu. Cinta yang tulus. Cinta yang kumiliki karna sebuah perasaan yang hangat setiap melihat tawamu, senyummu, dan paras cantikmu.”

“ta.. tapi sunbae.. bukankah kau takut akan wujud asliku? Bukankah kau lari ketakutan saat melihat wujudku yang sebenarnya??”

“tidak Gweboon.. aku tidak pernah takut padamu.. bahkan aku mengagumi sayap indahmu.” Jinki meraih kedua tangan Gweboon, menyalurkan rasa hangat dalam hatinya pada gadis di depannya. 

“percayalah.. aku benar-benar mencintaimu Kim Gweboon.”

Dia cinta sejatimu

Dia kebahagiaanmu

Berhentilah menangis Kim Gweboon

Karna kebahagiaanmu telah bersamamu saat ini

Suara indah yang samar-samar tertangkap di telinga Gweboon. Gweboon menghapus airmata yang tanpa sengaja mengalir di pipinya. Ia tersenyum lalu memeluk namja di depannya dengan hangat.

“aku juga mencintaimu sunbae...”

“panggil aku oppa..”

Gweboon mengangguk cepat di sela-sela pelukan hangat mereka berdua.

Perlahan tubuh Gweboon mulai memancarkan cahaya emas. Kedua sayapnya terkembang dan debu-debu emas kembali bertebaran di sekelilingnya. Debu-debu emas itu seperti manari mengelilingi tubuh Jinki dan Gweboon yang masih berpelukan.

Sayap Gweboon perlahan-lahan berubah sedikit demi sedikit menjadi debu-debu emas dengan pancaran cahaya yang lebih terang. Lalu debu-debu emas itu berterbangan ke langit, meninggalkan punggung Gweboon yang kini polos tanpa sepasang sayap transparan.

Tubuh Gweboon terasa sedikit berat. Ia melepaskan pelukannya dan melihat ke arah punggungnya. 

Sayapnya telah hilang. Ia benar-benar menjadi manusia seutuhnya.

Gweboon menatap Jinki. Menyampaikan perasaan bahagianya. Membagi perasaannya pada orang yang ia cintai melalui tatapan mata. Keduanya merapatkan tubuh, mendekatkan wajah, dan menautkan bibir. Menyalurkan kehangatan, cinta, dan kebahagiaan.

Dan sebuah harapan yang sama seperti kisah lainnya bahwa kisah ini akan berakhir bahagia selamanya. Happily ever after. Meski tak selamanya kebahagiaan itu kita dapatkan, tapi masih ada harapan. Harapan untuk mencapai kebahagiaan itu sendiri.


~Sekian~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar