Kamis, 01 Mei 2014

Between Dubu and Chicken


^^^
“dubu, aku mencintaimu..”, kataku sambil memandang ke arah namja manis di sampingku ini. Dia memandang ke arah matahari senja. Dengan takut-takut aku mencoba melihat wajahnya. Penasaran dengan perubahan ekspresinya, entah ia tersenyum ataupun kaget. Tapi dia tidak merubah ekspresinya sedikit pun.
Ini bocah denger nggak sih? Aku bilang apa?
“Dubuuu.... kamu nggak denger ya tadi aku bilang apa?”, kataku sambil menggoyangkan lengannya. “naneun jongmal joaheyo, Dubu oppa. Aku benar-benar menyukaimu.”
“ne, aku mendengarmu.”
“terus kenapa nggak jawab?”
“karna aku bingung.”
“waeyo? Kenapa?”
“karena kamu tadi seperti memberikan pernyataan. Jadi aku musti kasih sanggahan atau jawaban? Aku bingung.”
Yah, sangtae-nya kumat lagi. Kalo ada jjong sama key oppa mereka pasti langsung nyanyi “mwolhaedo Onew sangtae!” [whatever he does it’s onew condition]
“lah, kamu cuma musti bilang suka atau nggak sama aku. Gitu ajaa..”
“kalau aku bilang aku nggak suka sama kamu gimana?” Aku menundukkan pandanganku dari Dubu saat mendengar kalimatnya barusan. Memanyunkan bibir dan menunduk lesu. “aaahh,, jadi kamu tidak suka ya? Apa aku harus bilang suka ??” tanyanya dan langsung membuat ku berbinar lagi.
Dubu tersenyum melihat perubahan ekspresiku. Waaa... senyum itu senyum itu... andweeee kamu akan  membuatku makin jatuh cinta padamu oppaaa.....
 “kundae, kamu tau kan? Aku sudah jatuh cinta dan menyukainya sangat lama?” kata Dubu yang langsung menghilangkan senyum kebahagiaanku.
“arayo... kundae oppa, apa oppa tidak bisa membagikan rasa suka itu sedikiiittt saja padaku??” tanyaku memelas.
Dubu yang mendengarnya hanya diam saja dan senyum yang tadi membuatku terpesona hilang sudah. Dia serius. “aku... mencintai chicken...”
Aku tertunduk lesu. Membayangkan yangnyeom tondakk (ayam goreng) berbentuk pentungan berjalan mendekati Dubu. Merangkul Dubu dan mengajaknya meninggalkan aku sendirian. Tertawa. Tersenyum riang. Mereka bahagia. Dubu bahagia.
“ahh,, sudah semakin gelap. Kau mau kuantar pulang?”
“ eemm,, tidak perlu oppa. Aku bisa pulang sendiri. Terima kasih untuk hari ini,” kataku sambil beranjak pergi.
Sampai di rumah aku langsung menuju kamar. Bahkan tanpa menyapa eomma di dapur. Melemparkan tubuh di atas kasur. *deep sigh* rasanya kecewa, sedih, malu bercampur aduk. Ingin menitikkan air mata tapi tak bisa. Huwaaa.... nyesekk...
Tok.. tok.. tok...
Seseorang mengetuk pintu kamarku.
“nuguseyooo..??” tanyaku pada si pengetuk,  tanpa beranjak untuk membuka pintu.
“Eomma. Wae? Kau pulang bahkan tidak menyapa Eomma? Gwencana? Apa kau sudah makan?” tanya Eomma di luar kamar.
“gwencanayo Eomma.. saya sedang malas makan”, jawabku.
“kenapa? Nanti kamu sakit. Eomma masakkan tofu kesukaanmu.”
Tofu? Tofu? It’s Dubu. Mengingatkan lagi pada Dubu yang berkulit putih dan berhati lembut. Hiks.. hiks... air mata pun mengalir begitu saja.
“siroyo Eomma. Saya tidak mau makan tofu lagi. Jangan masakkan tofu lagi..” kataku setengah berteriak dan menahan isak.
“aahhh... baiklah. Kalau begitu apa mau Eomma pesankan ayam goreng?”
Huwaaa.... tangisku pun semakin deras, “andwe Eomma... andweee.... hajimaaa.... jangan masakkan tofu lagi jangan pesankan ayam goreng lagi. Saya tidak mau makan dua makanan itu lagi...!!”
“geure”, jawab Eomma, lalu terdengar langkah kaki menuruni tangga.
Akupun melanjutkan tangisku sambil memeluk selimut.
Tok... tok... tok...
“Eommaa.... saya tidak mau makan... saya tidak mau makan tofu... jebaal... jangan ganggu saya eommaaaa.... hiks... hiks...” kataku sambil terisak menjawab ketukan pintu.
“wae? Kenapa? Kenapa kamu tidak mau makan tofu lagi?”
Kaget. Suara itu. Bukan suara Eomma. Suara berat itu.... aku langsung berlari menuju pintu. “oppaa...??!!?? mwo...mwo haeso-yo?? Apa yang kau lakukan? Kenapa kau bisa di rumahku??” aku yang kaget melihat Dubu sudah berdiri di depan pintu kamarku.
“ kenapa kau tidak mau makan tofu lagi? Apa itu karena mengingatkanmu padaku? Apa kau membenciku?” tanya Dubu berentetan. Aku menunduk, mengalihkan pandangan dari wajah Dubu yang bagai malaikat. “apa kau menangis? Apa aku yang membuatu menangis?” Dubu sambil mengusap pipiku. Aku terkesiap dengan perlakuan Dubu barusan. Saat akan menatapnya tiba-tiba saja dia menubrukkan tubuhku ke dadanya.
Dubu memelukku. Dia benar-benar memelukku. Bahkan aku bisa mendengar detak jantungnya yang menderu. Apa dia baru saja berlari menuju kemari? Pikirku. Bahkan aku bisa merasakan hangat dan wangi tubuhnya. Memimpikan hal ini saja aku belum pernah.
“mianhee... maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu menangis. Kumohon jangan menangis karenaku. Jebaaal... hajimaa...” ucapnya sambil memelukku erat. “kamu tau kan? Chicken sudah menemaniku selama 24 tahun. Aku tidak mungkin mencampakannya begitu saja. Tapi, aku juga tidak mungkin membiarkanmu membenciku, meninggalkanku, jauh dari lingkaranku.”
“mungkin ini terdengar egois. Tapi, tetaplah menyukaiku. Berada disekelilingku. Selalu tersenyum padaku. Selalu ada untukku. Aku emang tidak bisa memberimu harapan bahwa nantinya aku akan mencintaimu. Tapi, aku ingin kau selalu ada disampingku. Jadi, kumohon tetaplah berada di duniaku. Ne?” dia melepas pelukannya pelan. 
Aku menunduk, mencerna semua kata-kata yang baru saja Dubu katakan.  Sekian detik aku berpikir, kemudian aku mendongakkan kepala, memandangnya. Tersenyum dan mengangguk pelan tapi mantap. Dia membalas dengan senyumannya yang sangat manis itu.
“Jin ki-ah, ayo makan. Bibi sudah siapkan ayamnya..” teriak eomma dari lantai satu.
Aku memandang dengan penuh tanya pada Dubu, “aku yang membawanya kemari. Ayo kita makan. Kajja..” kalimat Dubu yang menjawab pandangan penuh tanyaku. Dia menggandeng tanganku menuju ke ruang makan.
 Yaa, mungkin aneh kenapa aku mau menerima begitu saja permintaan Dubu yang memintaku untuk selalu menyukainya. Paling tidak dia tidak membenciku. Dia masih memintaku untuk selalu berada di sekelilingnya. Itu artinya dia tidak membenciku. Dia tidak berusaha untuk menjauhiku walaupun aku menyukainya.
Dia masih mengijinkanku untuk berada di sampingnya. Dan itu sudah membuatku bahagia. Terima kasih Dubu oppa. Jongmal saranghaeyo....

~the end



~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar