God damn it 2019!!
Right, how I said it tho? This year totally the rollercoaster ride meeenn. All the goods things happened this year, and all the bad things too. But if I have to make some resume here probably it won't be enough? But I'll try LOL
So first things first would like to say sorry because it's been so long I didn't write here. I have plan to write here, at my D-day, like I usually do for years but I can't write it in the mean time. Guess what? I just act like busiest girl at the moment. How silly.
Oh why I didn't write here at those time tho? I think I'm not that busy either. Perhaps because I just feel overwhelmed about everything that happened.
So yeah I do some short of part time jobs, full working hours actually, but because I still didn't graduate yet so I just called it as part time. But, working there is truly blessing, I mean I'm not just work and got payed, I have new experiences and met all beautiful person there. They're so young yet so thoughtful and wise oh my god I learn so much about life from them.
At Uni I feel suffocate when meeting new people, but when working there I really feel a lot of joy and happiness, yes I feel tired and bored sometimes, but the feeling ain't long lasting. I wonder why too. But it's really a good things that happened in my life this years, one of them.
And then, yeah I finally graduated lmao such a long ride, I should doing that as soon as possible but if I did that probably I won't get the new insight and experience at such place isn't it? So it's still my win win tho, don't try to argue with me.
The important part is I brave enough to confess at my long-term-chrus. I did it! Yeah! And it make our relationship more clear, I want to call it as my closure too, hope my relationship with him last longer, as friend, especially.
And I still try to move on here oh please God could you give me the one like right now? Lmao but if not it's ok, i'm just going to be chill here.
It's good tho, to be open up, even at some point I still hide everything from him but it's a good thing to open up what we feel.
"If we love someone, let them know"
I found those words when I already told him what I felt and feel so relief that I did that. It's not just for me, it's for us too.
So yeahhh maybe those all big even that happened?? There's a lot of things happened actually, this year truly those rollercoaster ride meeenn, good things happened and bad-fucked-up things happened too. Breakdown three times and have a big debt (yaallah kapan lunasnya). Still got a lot of pressure at the last month of this years, I really need to get a job and joint the bandwagon, and payed my debt.
And I hope my depression not take a comeback stage here, so yeah let's go 2020!!
Thank you folks for joining my bandwagon!
Coretan dalam Pikiran
MY PEARL AQUA WORLD
Selasa, 31 Desember 2019
Sabtu, 20 Januari 2018
Catatan Ke-23 : ad meliora ( onwards on better things)
Hai,
apakabar? Bagaimana harimu?
Sudah
sangat lama menulis disini tapi tidak pernah bertanya bagaimana kabarmu ya? Pasti
saya terlihat sangat egois dan self-centered haha
Jadi
ya seperti hari-hari yang lalu saya akan membuat tulisan mengenai hari ini. The
holly 20th January. (LOL)
Today.....
I’m doing good. Thanks to God that I still breath and live like I
always do. :)
Tiba-tiba
saja saya ingin menulis ini, maksudnya tulisan yang berbeda. Tulisan yang jauh
berbeda dengan setiap tulisan yang saya posting disini. Saya tiba-tiba berpikir
kalau saya benar-benar menjadi orang yang kurang bersyukur akan apa yang telah
dimiliki. Apa ini hasil dari saya yang sering mengatakan kalimat: ‘manusia
tidak pernah puas’, sehingga saya malah berubah menjadi manusia yang tidak
pernah puas? Ya, mungkin saja...
Saya
nggak mau jadi orang yang kurang bersyukur seperti hari-hari kemarin. Menjadi seseorang
yang lupa bahwa saya masih bisa bernafas, berjalan, berbicara, tersenyum,
tertawa, dan hal-hal lainnya itu bisa menjadi alasan untuk lebih bersyukur di
hari esok.
Saya
sering lupa bersyukur sudah diberi tubuh yang sehat, diberi kesempatan untuk
bernafas, diberi kesempatan untuk melihat mata hari pagi di esok hari, diberi
kesempatan untuk menghirup udara setelah hujan sore tadi, diberi kesempatan
merasai air hujan yang turun dari langit dengan semangatnya membasahi bumi, dan
tentunya diberi kesempatan untuk melihat semesta dalam keadaan yang biasanya. Saya
seharusnya tidak pernah lupa untuk bersyukur karena hari ini diberi kesempatan
untuk merasakan semua itu.
Saya
juga sering lupa untuk bersyukur dengan keadaan keuangan yang baik-baik saja. Keadaan
diri yang masih sangat ‘normal’, masih bisa kuliah di salah satu universitas
negeri yang cukup ternama di negeri ini, masih bisa bersantai dengan menonton
series-series yang menjadi favorit, mendengarkan lagu-lagu (indienesia,
K-indie, ataupun britpop, hingga genre-genre asik lainnya termasuk kpop
tentunya) di setiap hari sebagai bentuk penghiburan diri. Masih bisa membaca
banyak buku bagus dan menonton film-film bagus yang entah itu diputar di
bioskop ataupun streaming lewat laptop. Masih bisa menikmati hidup dengan
banyak hal-hal kecil yang dapat menjadi penghiburan diri.
Saya
juga seharusnya tidak lupa untuk bersyukur terlahir di keluarga yang walaupun
kami tidak seperti bayangan keluarga harmonis seperti di novel ataupun di tv,
saya masih bisa diberi kesempatan untuk merasakan berada di sebuah keluarga
yang utuh dengan keadaan mereka yang baik-baik saja.
Saya seharusnya tidak
pernah lupa untuk bersyukur dengan berada di tengah orang-orang yang meskipun
tidak pernah menunjukkan secara nyata seberapa besar mereka menyayangi saya,
tapi mereka benar-benar menyayangi saya dengan kelebihan ataupun kekurangan
saya.
Dan
saya seharusnya tidak pernah lupa bersyukur karena masih bisa hidup sampai hari
ini. Masih mampu berjuang untuk hari-hari selanjutnya demi keadaan yang lebih
baik dari ini.
Tadinya
saya ingin mengisi postingan ini dengan segala bentuk penyesalan hidup,
kesedihan, keluhan, semua hal yang mempengaruhi saya beberapa hari terakhir
hingga membuat mood saya jatuh bangun seperti lagu dangdut. Tapi ternyata saya
urung menulis hal-hal itu. Entah bagaimana ketika saya mulai mengetik, semua gambaran
tentang hal-hal apa yang harus saya tulis itu hilang. (saya ternyata tidak
cocok dengan memikirkan konsep konten yang harus saya tulis ya? Hehe).
Entahlah
mungkin karena hari ini adalah hari kelahiran saya? Tiba-tiba mood saya menjadi
naik lagi tidak seperti kemarin. Atau karena semua ucapan dari orang-orang yang
membuat hati saya terasa ringan. Iya, mungkin itu. Atau karena saya membuat
sebuah keputusan yang tepat dengan pulang ke rumah dan berkumpul dengan
keluarga di hari ini.
Saya
tahu banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini yang pastinya membuat mood saya
hancur, hari saya terasa buruk, dan membuat saya merasa menjadi orang yang
paling menyedihkan di dunia ini. Dan saya juga tahu saya akan menemukan hal-hal
itu lagi, di hari esok, hari-hari selanjutnya hingga di masa yang akan datang
nanti, saya pasti akan menemukan hal-hal ini nanti.
Tapi
hari ini, saya hanya akan bersyukur. Bersyukur karena saya diberi kesempatan
untuk menjalani sebuah hari yang baru dengan angka umur yang baru pula J
Semoga
saya tidak pernah lupa dengan hal-hal yang harus saya syukuri di hidup ini. Dan
kalaupun nantinya, suatu hari, saya lupa akan hal ini, semoga saya bisa kembali
lagi ke hari ini dan mengingat bahwa saya pernah menjadi orang yang sangat
bersyukur akan perjalanan hidupnya.
Terima
kasih untuk kamu, kamu, dan kamu. Dan semua orang baik yang selalu berada di
sisi saya. Terimakasih atas semua ucapan dan segala doa yang terucap. Semoga hal-hal
baik itu dapat terus terjadi di hidup saya. Sebuah kesemogaan yang tidak hanya
menjadi semoga.
Seperti
biasa. Keep Shining Baby~
(ditulis pada tanggal 20 Januari yang dalam hitungan menit berubah menjadi 21 Januari)
Kamis, 17 Agustus 2017
About 13 Reason Why
Hellooooo!!! It's been awhile right?
seperti biasa.. Keep Shining Baby~
So, disini aku mau bahas soal series yang akhir-akhir ini jadi perbincangan hangat. Heboh juga sih, beritanya udah dimana-mana juga, yang dikarenakan series ini mengangkat issue soal bunuh diri. Hemm, agak bikin cringe worthy gitu ya.
Rencananya sih mau bikin review ala-ala gitu, tapi menyadari bahwa skill menulis masih belum memumpuni dan sepertinya review ini tidak akan menjadi review melainkan wadah curhat so, I'm not gonna saying this is as review ya.
13 Reason Why, setahu aku series ini diangkat dari novel yang berjudul sama 13 Reason Why juga. Belom sempet baca novelnya karena baru tahu ada novelnya pas udah nonton series ini jadi mungkin baca novelnya kapan-kapan aja. Tapi, berdasarkan review temen twitter series dan novelnya tidak terlalu jauh alur ceritanya dan malahan di series ditambahkan detil-detil untuk melengkapi alurnya.
Kenapa bisa aku nonton series ini, setelah berminggu-minggu tangled into Thai series yang unyu dan receh? Jawabannya adalah karena beberapa selebtwit di twitter yang ngomongin ini di twitnya dan kemudian membuatku penasaran! Emang ku sebenernya bukan orang yang anti spoiler sih, malah suka nyari spoiler gitu, apalagi 13 Reason Why ini, kemarin-kemarin dapet spoilernya nggak terlalu banyak tapi udah bikin penasaran banget ini series tentang apa sih bisa bikin orang-orang pada ngomongin gitu. Dan aku pun berakhir mencari link streaming buat nonton series ini. Iya streaming bukan download, mengingat memory laptop yang udah banyak merahnya (iykwim).
13 Reason Why bercerita tentang Hannah Baker yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dan sebelum ia membuat keputusan tersebut, ia merekam secara diam-diam alasan mengapa ia bunuh diri dan orang-orang yang ia rasa bertanggung jawab atas keputusannya itu. Pada intinya series ini menceritakan soal itu namun dari sudut pandang Clay Jensen, teman Hannah semasa ia masih hidup.
Nonton series ini kalau dari awal sebenernya menimbulkan beberapa pertanyaan such as 'ini cerita mau dibawa kemana, sih?' 'what will we found out on the next episode?' dan sebagainya dan sebagainya.
Tidak mau membahas itu terlalu banyak, soalnya ya di review-review lain pasti udah banyak ngebahas sih. Paling aku ngebahasnya soal beberapa scene yang related dengan kehidupanku sendiri hahahahaha
Yang pertama adalah cerita dimana Hannah 'ditinggalkan' oleh kedua sahabatnya. Seperti yang diduga yes, tepat sekali. aku mengalaminya sendiri. Tapi bukan dua orang sih, cuma seorang aja. And I was so depressed at those moment. Mungkin bagi kebanyakan orang bakal yang apasih ditinggal temen aja sampai segitunya? kayak temen nggak banyak aja? Really guys you never be on my side. Mungkin emang ini cuman jadi pembelaan diri aja kali ya karena memiliki mental yang sangat lemah, tapi memang ketakutan terbesarku adalah ditinggalkan oleh orang-orang di sekitarku. Dan aku bukan orang yang gampang menaruh rasa percayaku ke siapa saja semudah itu, aku bukan orang yang terbuka akan diriku yang sebenarnya, dan aku sudah merasa sedekat itu dengannya, tapi ia memilih pergi. Dulu... Sekarang sih enggak. :)
Waktu itu, aku selalu bilang sama diri aku sendiri bahwa 'semua bakal baik-baik aja, ka. semua bakal baik-baik aja' in fact? enggak. walaupun di luar aku terlihat baik-baik saja di dalam aku nggak sekuat itu. mungkin terdengar lebay tapi hampir tiap malam rasanya sesak. kayak apapun yang coba aku lakuin, aku ketawa, aku jalan-jalan, aku nonton drama-drama sereceh itu pun, aku tetep nggak bisa ngehapus suatu bagian yang kosong itu dari kepalaku. iya kosong. karena entah kenapa ketika aku ditinggalkan rasanya ada banyak tempat yang kosong dan aku bingung gimana cara mengisinya lagi.
Mungkin ini juga yang dirasain sama Hannah, yes I can relate. Hannah mungkin terkesan sangat tidak dewasa dengan cara pikirnya. tapi itu benar kawan. ada orang-orang yang mendapatkan masalah sekecil itu dan dia sudah merasa sangat tertekan.
Being abandoned are the worst part.
Tapi semua itu udah berlalu sih ya. pada akhirnya kami bareng-bareng lagi. Dan rasanya beban yang selalu aku bawa selama 1 semester kemarin hilang gitu aja pas kami udah bareng-bareng kayak gini. Syukurlah kami bisa bareng-bareng kayak dulu lagi dan bisa dengan kepala dingin saling ngomong dari hati ke hati. Aku yakin aku selalu dikelilingi oleh orang-orang baik, jadi kalaupun ada beberapa pihak yang mengasumsikan bahwa sahabat-sahabatku bukan orang baik ya itu terserah mereka saja lah, bukan mereka yang selalu ada di sampingku ketika aku dalam masa-masa terpuruk. bukan mereka yang ada di sampingku saat aku membutuhkan tangan untuk menarikku bangkit.
Yaaa sebebas kalian sajalah. Bilang aku naive or what, I don't care anymore. as long as we being together it's enough for me.
Yang kedua itu dimana banyak orang yang membicarakan Hanah di belakangnya. chill meeen~~~ bagi orang-orang yang overthinking dan over reacting seperti aku dan Hannah dibicarakan oleh orang lain di belakang itu adalah hal paling nggak ngenakin. iya aku emang seover thinking itu anaknya, sampai imbasnya waktu itu aku memutuskan untuk berhenti menggunakan instagram karena kalau aku pake instagram rasanya hati aku nggak tenang melihat orang-orang itu yang tertawa-tawa bahagia memamerkan kebahagiaan mereka.
anggap aku iri. tapi iya waktu itu rasanya aku iri, dengki, nggak suka, dan rasanya pengen ngumpat ke akun mereka satu-satu. tapi ya nggak bisa. akhirnya aku cuma diam. dan memutuskan untuk lari. menghilang dari kehidupan sosmed.
mungkin persamaanku dengan Hannah adalah kami sama-sama memiliki kecenderungan overthinking dan over reacting terhadap suatu hal yang terjadi. Dan kesamaan selanjutnya adalah kami sama-sama suka lari. Lari dari masalah yang seharusnya bisa dihadapi. Aku lari dari kehidupan sosialku dan terus mengurung diri dengan semua pikiran-pikiran negative. Aku bilang itu adalah waktu-waktuku dimana aku merenungkan semuanya. Waktu memang memberikan wadah untukku memikirkan semuanya, aku harus tenang, aku harus bisa kembali berpikir positif, aku tidak harus mendengarkan kata-kata yang menyakitkan hati dan telinga.
Someone said, "screw it!" and finally I'm back into my own path.
Mungkin, mungkin saja jika di saat-saat itu Hannah memiliki orang-orang yang selalu ada di sampingnya, untuk mendengarkan keluh kesahnya, untuk menghilangngkan pikiran-pikiran negatifnya. Sperti aku di waktu terberatku kala itu. Mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti di series. Tapi, kalau gitu nggak akan pernah ada 13 Reason Why dong hahahha
Yang selanjutnya adalah cerita dimana kondisi keluarga Hannah yang biasa-biasa saja seperti keluarga pada umumnya. Tapi, ya kita bisa memaklumi itu kan? Keluarga tidak harus yang selalu bangun pagi di pagi hari sama-sama sarapan di meja makan dengan segelas susu pagi yang tersedia kemudian dilengkapi ucapan selamat pagi yang saling bersaut-sautan, bukan? Itu sih prolog pagi hari yang selalu digunakan di cerita-cerita teenlit jaman sekarang hahahaha.
Keluarga Hannah adalah keluarga yang biasa-biasa saja, sama dengan keluargaku yang biasa-biasa saja. Kedua orang tua kami sibuk bekerja, walaupun hanya toko kecil tapi tetap saja fokus mereka akan lebih kesana.
Sebenarnya bukan suatu hal yang besar tapi mengingat banyak orang yang selalu menyangkutpautkan alasan seseorang bunuh diri dengan kondisi keluarganya? ya memang bisa jadi, kurang komunikasi. ya bagaimana kami mau saling ngobrol tau menceritakan kegelisahan kami ke orang tua, sedangkan melihat mereka bekerja keras setiap harinya saja sudah sangat melelahkan. Jadi yang bisa kami lakukan ya hanya diam dan bilang pada mereka bahwa 'ya, nggak papa. Ada yang bisa dibantu nggak pah? mah?'
Dan yang terakhir adalah pelecehan seksual yang sayangnya terjadi di hidup Hannah. Yup, I've been there, tapi lebih beruntung dari Hannah karena aku bisa menyelamatkan diriku terlebih dahulu. Dan kejadian-kejadian itu tidak hanya sekali dua kali, tapi sudah 3 kali atau lebih malah. Dan itu terjadi saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Meski pun begitu masih ada sisa-sisa rasa traumatis yang ada di diriku. Sampai saat ini aku nggak pernah pacaran, entah karena trauma itu atau memang aku belum menemukan seseorang yang tepat saja. tapi, kadang ada sisi di dalam diriku yang merasa takut dengan laki-laki, I'm still like guys, ofc. tapi aku masih punya ketakutan itu di dalam diriku.
Jadi, yang ingin aku bilang aku yang mendapatkan perlakuan seperti itu walau tidak sampai sejauh yang terjadi pada Hannah saja efeknya bisa sampai selama ini? lalu bagaimana dengan Hannah? ya, di situlah titik dimana Hannah sudah tidak bisa lagi menjalani semuanya.
Disini aku bukan mau bilang bahwa apa yang dilakukan oleh Hannah itu benar. No, not at all. apalagi dengan adanya beberapa artikel yang bilang bahwa 13rw itu sangat meromantisasi bunuh diri. Ya itu terserah mereka saja. poin ku disini adalah bahwa depresi itu memang benar adanya. ada pemicunya. dan ketika pemicunya sudah cukup kuat dan tubuh sudah tidak kuat menahan semuanya lagi, those suicidal thought could be happened as suicidal act.
Aku pernah ada di suatu tahap dimana aku ingin semuanya berakhir saja. Aku sudah lelah dan entahlah aku terlalu takut menghadapi masa depan yang masih sangat tidak jelas di depan sana. Takut mengecewakan orang tuaku, takut mengecewakan keluargaku, taku mengecawakan orang-orang di sekitarku. Dan ketakutan terbesarku adalah takut mengecewakan diriku sendiri. Aku sering berpikir kenapa aku harus hidup jika aku hanya bisa membuat orang-orang di sekitarku merasa risih akan kehadiranku, kenapa aku harus menjadi seseorang yang tidak mereka sukai? Why I'm not lovable enough to loved by others? Tapi aku sendiri sadar bahwa kita hidup nggak harus pleased anyone tho, why bothered about what people thinking? so here I'm.... trying to happy and live.
13rw meskipun dengan semua pro dan kontra yang mengiringinya aku lebih mengambil poin bahwa kita harus lebih aware sama lingkungan kita. bisa jadi aku, kamu, dia, mereka, atau siapapun itu jadi alasan kenapa seseoirang itu seneng atau sedih. cobalah lebih peka terhadap lingkungan and don't be an ignorance.
Self awareness itu penting. kalau misal kamu nggak bisa mencari orang-orang yang bisa nyelametin kamu. cobalah buat nyelametin diri kamu sendiri. nggak akan ada yang bisa nyelametin diri kamu sendiri kecuali diri kamu sendiri.
Yang pertama adalah cerita dimana Hannah 'ditinggalkan' oleh kedua sahabatnya. Seperti yang diduga yes, tepat sekali. aku mengalaminya sendiri. Tapi bukan dua orang sih, cuma seorang aja. And I was so depressed at those moment. Mungkin bagi kebanyakan orang bakal yang apasih ditinggal temen aja sampai segitunya? kayak temen nggak banyak aja? Really guys you never be on my side. Mungkin emang ini cuman jadi pembelaan diri aja kali ya karena memiliki mental yang sangat lemah, tapi memang ketakutan terbesarku adalah ditinggalkan oleh orang-orang di sekitarku. Dan aku bukan orang yang gampang menaruh rasa percayaku ke siapa saja semudah itu, aku bukan orang yang terbuka akan diriku yang sebenarnya, dan aku sudah merasa sedekat itu dengannya, tapi ia memilih pergi. Dulu... Sekarang sih enggak. :)
Waktu itu, aku selalu bilang sama diri aku sendiri bahwa 'semua bakal baik-baik aja, ka. semua bakal baik-baik aja' in fact? enggak. walaupun di luar aku terlihat baik-baik saja di dalam aku nggak sekuat itu. mungkin terdengar lebay tapi hampir tiap malam rasanya sesak. kayak apapun yang coba aku lakuin, aku ketawa, aku jalan-jalan, aku nonton drama-drama sereceh itu pun, aku tetep nggak bisa ngehapus suatu bagian yang kosong itu dari kepalaku. iya kosong. karena entah kenapa ketika aku ditinggalkan rasanya ada banyak tempat yang kosong dan aku bingung gimana cara mengisinya lagi.
Mungkin ini juga yang dirasain sama Hannah, yes I can relate. Hannah mungkin terkesan sangat tidak dewasa dengan cara pikirnya. tapi itu benar kawan. ada orang-orang yang mendapatkan masalah sekecil itu dan dia sudah merasa sangat tertekan.
Being abandoned are the worst part.
Tapi semua itu udah berlalu sih ya. pada akhirnya kami bareng-bareng lagi. Dan rasanya beban yang selalu aku bawa selama 1 semester kemarin hilang gitu aja pas kami udah bareng-bareng kayak gini. Syukurlah kami bisa bareng-bareng kayak dulu lagi dan bisa dengan kepala dingin saling ngomong dari hati ke hati. Aku yakin aku selalu dikelilingi oleh orang-orang baik, jadi kalaupun ada beberapa pihak yang mengasumsikan bahwa sahabat-sahabatku bukan orang baik ya itu terserah mereka saja lah, bukan mereka yang selalu ada di sampingku ketika aku dalam masa-masa terpuruk. bukan mereka yang ada di sampingku saat aku membutuhkan tangan untuk menarikku bangkit.
Yaaa sebebas kalian sajalah. Bilang aku naive or what, I don't care anymore. as long as we being together it's enough for me.
Yang kedua itu dimana banyak orang yang membicarakan Hanah di belakangnya. chill meeen~~~ bagi orang-orang yang overthinking dan over reacting seperti aku dan Hannah dibicarakan oleh orang lain di belakang itu adalah hal paling nggak ngenakin. iya aku emang seover thinking itu anaknya, sampai imbasnya waktu itu aku memutuskan untuk berhenti menggunakan instagram karena kalau aku pake instagram rasanya hati aku nggak tenang melihat orang-orang itu yang tertawa-tawa bahagia memamerkan kebahagiaan mereka.
anggap aku iri. tapi iya waktu itu rasanya aku iri, dengki, nggak suka, dan rasanya pengen ngumpat ke akun mereka satu-satu. tapi ya nggak bisa. akhirnya aku cuma diam. dan memutuskan untuk lari. menghilang dari kehidupan sosmed.
mungkin persamaanku dengan Hannah adalah kami sama-sama memiliki kecenderungan overthinking dan over reacting terhadap suatu hal yang terjadi. Dan kesamaan selanjutnya adalah kami sama-sama suka lari. Lari dari masalah yang seharusnya bisa dihadapi. Aku lari dari kehidupan sosialku dan terus mengurung diri dengan semua pikiran-pikiran negative. Aku bilang itu adalah waktu-waktuku dimana aku merenungkan semuanya. Waktu memang memberikan wadah untukku memikirkan semuanya, aku harus tenang, aku harus bisa kembali berpikir positif, aku tidak harus mendengarkan kata-kata yang menyakitkan hati dan telinga.
Someone said, "screw it!" and finally I'm back into my own path.
Mungkin, mungkin saja jika di saat-saat itu Hannah memiliki orang-orang yang selalu ada di sampingnya, untuk mendengarkan keluh kesahnya, untuk menghilangngkan pikiran-pikiran negatifnya. Sperti aku di waktu terberatku kala itu. Mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti di series. Tapi, kalau gitu nggak akan pernah ada 13 Reason Why dong hahahha
Yang selanjutnya adalah cerita dimana kondisi keluarga Hannah yang biasa-biasa saja seperti keluarga pada umumnya. Tapi, ya kita bisa memaklumi itu kan? Keluarga tidak harus yang selalu bangun pagi di pagi hari sama-sama sarapan di meja makan dengan segelas susu pagi yang tersedia kemudian dilengkapi ucapan selamat pagi yang saling bersaut-sautan, bukan? Itu sih prolog pagi hari yang selalu digunakan di cerita-cerita teenlit jaman sekarang hahahaha.
Keluarga Hannah adalah keluarga yang biasa-biasa saja, sama dengan keluargaku yang biasa-biasa saja. Kedua orang tua kami sibuk bekerja, walaupun hanya toko kecil tapi tetap saja fokus mereka akan lebih kesana.
Sebenarnya bukan suatu hal yang besar tapi mengingat banyak orang yang selalu menyangkutpautkan alasan seseorang bunuh diri dengan kondisi keluarganya? ya memang bisa jadi, kurang komunikasi. ya bagaimana kami mau saling ngobrol tau menceritakan kegelisahan kami ke orang tua, sedangkan melihat mereka bekerja keras setiap harinya saja sudah sangat melelahkan. Jadi yang bisa kami lakukan ya hanya diam dan bilang pada mereka bahwa 'ya, nggak papa. Ada yang bisa dibantu nggak pah? mah?'
Dan yang terakhir adalah pelecehan seksual yang sayangnya terjadi di hidup Hannah. Yup, I've been there, tapi lebih beruntung dari Hannah karena aku bisa menyelamatkan diriku terlebih dahulu. Dan kejadian-kejadian itu tidak hanya sekali dua kali, tapi sudah 3 kali atau lebih malah. Dan itu terjadi saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Meski pun begitu masih ada sisa-sisa rasa traumatis yang ada di diriku. Sampai saat ini aku nggak pernah pacaran, entah karena trauma itu atau memang aku belum menemukan seseorang yang tepat saja. tapi, kadang ada sisi di dalam diriku yang merasa takut dengan laki-laki, I'm still like guys, ofc. tapi aku masih punya ketakutan itu di dalam diriku.
Jadi, yang ingin aku bilang aku yang mendapatkan perlakuan seperti itu walau tidak sampai sejauh yang terjadi pada Hannah saja efeknya bisa sampai selama ini? lalu bagaimana dengan Hannah? ya, di situlah titik dimana Hannah sudah tidak bisa lagi menjalani semuanya.
Disini aku bukan mau bilang bahwa apa yang dilakukan oleh Hannah itu benar. No, not at all. apalagi dengan adanya beberapa artikel yang bilang bahwa 13rw itu sangat meromantisasi bunuh diri. Ya itu terserah mereka saja. poin ku disini adalah bahwa depresi itu memang benar adanya. ada pemicunya. dan ketika pemicunya sudah cukup kuat dan tubuh sudah tidak kuat menahan semuanya lagi, those suicidal thought could be happened as suicidal act.
Aku pernah ada di suatu tahap dimana aku ingin semuanya berakhir saja. Aku sudah lelah dan entahlah aku terlalu takut menghadapi masa depan yang masih sangat tidak jelas di depan sana. Takut mengecewakan orang tuaku, takut mengecewakan keluargaku, taku mengecawakan orang-orang di sekitarku. Dan ketakutan terbesarku adalah takut mengecewakan diriku sendiri. Aku sering berpikir kenapa aku harus hidup jika aku hanya bisa membuat orang-orang di sekitarku merasa risih akan kehadiranku, kenapa aku harus menjadi seseorang yang tidak mereka sukai? Why I'm not lovable enough to loved by others? Tapi aku sendiri sadar bahwa kita hidup nggak harus pleased anyone tho, why bothered about what people thinking? so here I'm.... trying to happy and live.
13rw meskipun dengan semua pro dan kontra yang mengiringinya aku lebih mengambil poin bahwa kita harus lebih aware sama lingkungan kita. bisa jadi aku, kamu, dia, mereka, atau siapapun itu jadi alasan kenapa seseoirang itu seneng atau sedih. cobalah lebih peka terhadap lingkungan and don't be an ignorance.
Self awareness itu penting. kalau misal kamu nggak bisa mencari orang-orang yang bisa nyelametin kamu. cobalah buat nyelametin diri kamu sendiri. nggak akan ada yang bisa nyelametin diri kamu sendiri kecuali diri kamu sendiri.
seperti biasa.. Keep Shining Baby~
Jumat, 20 Januari 2017
Catatan ke 22
Aaaannddd helloooww twentytwooo !!!
Aim twentituuu uhu u uuu...
"Did you feel old enough?", said someone on my head.
Jadi, ya sekian lama ku tak menulis apa-apa di blog and boom!! I just tryin' to make notes for MY 22!!! Padahal ini bukan catatan ke 22 beneran sih,cuman gara-gara nambah umur jadi 22 aja makanya judulnya dibikin gitu, memang tidak kreatif kau ka..
Kenapa sih dengan 22? Ada apa dengan 22 sampe musti banget bikin 'sebuah catatan' utuk 22? Segitu spesialnya ya si 22?
Aaaaand the answer is..... No.
Nggak kog biasa aja. Ya kayak tahun-tahun yang lalu aja gimana. Pergantian umur setiap tahunnya emang sama aja kan? Bedanya ya kesempatan buat hidup di dunia semakin berkurang aja :)))))
Mau curhat aja lah yaaa tentang nggak enaknya jadi anak yang lahir pas banget di bulan paling awal dalam kalender tahunan. Iya si Januari, dan entah bagaimana diri ini punya kecenderungan untuk membenci bulan ini. Upz! I don't mean it, I can't help it.
Di saat orang-orang lagi seneng-senengnya dengan pergantian tahun yang selalu diselingi quotes 'New Year, New Me'-nya, dengan perumpaan membuka lembaran baru di buku catatan kehidupan mereka, saya sendiri malah sibuk menghitung mundur D day pergantian umur
Bukan karena takut menjadi lebih tua setiap tahunnya (walaupun itu juga menjadi alasan salah satunya) tapi lebih dari itu. Ketika dihadapkan dengan urusan: kedepannya mau gimana dan apa yang bisa diperbuat di waktu yang sudah semakin singkat ini?
Pemikiran tentang masa depan yang masih kabur di pandangan mata memang rasanya sangat menyesakkan ya..
Akhir-akhir ini semakin ditekan oleh kedua orang tua untuk mengikuti jejak mereka. Iya memang yang mereka inginkan adalah anak perempuan satu-satunya tidak 'rekoso' di jalan hidupnya, tidak seperti mereka yang harus melalui titik terendah dalam kehidupan. Tapi rasanya salah jika aku hanya mendapatkan semuanya dari mereka tanpa perjuangan apapun, katakanlah gengsiku memang setinggi gunung, tapi tidakkah mereka mengerti?
Lalu bagaimana dengan mimpi-mimpi yang pernah aku rangkai? Memang kenyataanya semakin kemari mimpi itu semakin terasa jauh, entah memang karena aku yang tidak ada semangat untuk mengejar, atau memang ya segini lah yang bisa aku lakukan? Semakin berada di tingkat akhir masa kuliah kog ya bukannya semakin terang malah semakin ngeblur? Ditambah dengan orang-orang di belakangku yang tidak mau 'melepaskanku' kenapa rasanya semakin berat saja ya?
Dan umur yang semakin bertambah angkanya ini membuat pertanyaan-pertanyaan basa basi busuk di dalam keluarga besa semakin santer terdengar. Kalo kemarin-kemarin sih baru "mana pacarnya?" "pacarnya dibawa lah kesini sekalian" kemudian bertranformasi menjadi "kamu kapan nikahe, nduk?".
Damn!
Tapi ya ini sih yang musti dihadapi. Harus siap. Siap mental, fisik, jiwa raga. Dan mengusahakan untuk tidak baper di setiap kumpul keluarga besar.
Oh, this is on my mind tho. Menceritakan tentang satu tahun belakangan. Satu tahun kemarin adalah tahun yang paling berat. Yup! 2016 are suck! Indeed. Dan ku benar-benar merasakannya di tahun kemarin. Kuliah yang berantakan, skeptis dengan para dosen, perang dingin sama temen kos (di kos yang lama sih), difitnah atas kesalahan yang nggak pernah dilakuin, drama 2 kubu dalam kelas, bahkan sampai drama di himpunan.
Tapi memang segala hal yang terjadi kemarin memang seperti tamparan keras, rasanya memang baru disadarkan akan kenyataan, bahwa ya hidup memang nggak se-woles itu, kadang ya hal-hal kayak gitu kan yang bikin kita sadar dan semakin berusaha menjadi lebih baik lagi?
Somehow, pergantian umur menuju 22 ini memang terkesan biasa-biasa saja, entah memang biasa-biasa saja atau berusaha dengan sangat agar terlihat biasa-biasa saja. Tapi memang aku merasa biasa, sangat berbeda ketika pergantian umur dari umur belasan menjadi kepala dua, dari 19 menuju 20, it was the hardest tho. And idk why, hal-hal yang ku namai sendiri dengan 'syndrom kepala 2' hit me so hard at that time. Terimakasih banyak untuk 20 tahunku, di 2 tahun yang lalu, aku bisa melewatimu dengan aman dan nyaman dengan tidak banyak gangguan sana-sini.
Dan bagaimana dengan 22 tahun? I didn't expect too much tho, I don't wanna disappointed in the end. Yeah I'm such a Hypocrite here. Saya hanya berharap segala ketakutan di awal tadi tidak akn menjadi sebuah hambatan besar untuk melewati 22 tahun.
And in the end of the words, Congrats for one step closer towards Death ka.... Have a nice dream :)))
*Catatan ini ditulis dari 23:24 dan selesai di 0:22, 20 Januari 2017 (tapi masih edit sana-sini, makanya publishnya rada telat gityuuu waks 😊)
P.S silahkan dengarkan lagu mbak Taylor ini, ya walupun isi catatan sama lagunya tidak saling bersinggungan masih wajar lah yaa kalo diattach di mari hahaha 😉
Aim twentituuu uhu u uuu...
"Did you feel old enough?", said someone on my head.
Jadi, ya sekian lama ku tak menulis apa-apa di blog and boom!! I just tryin' to make notes for MY 22!!! Padahal ini bukan catatan ke 22 beneran sih,cuman gara-gara nambah umur jadi 22 aja makanya judulnya dibikin gitu, memang tidak kreatif kau ka..
Kenapa sih dengan 22? Ada apa dengan 22 sampe musti banget bikin 'sebuah catatan' utuk 22? Segitu spesialnya ya si 22?
Aaaaand the answer is..... No.
Nggak kog biasa aja. Ya kayak tahun-tahun yang lalu aja gimana. Pergantian umur setiap tahunnya emang sama aja kan? Bedanya ya kesempatan buat hidup di dunia semakin berkurang aja :)))))
Mau curhat aja lah yaaa tentang nggak enaknya jadi anak yang lahir pas banget di bulan paling awal dalam kalender tahunan. Iya si Januari, dan entah bagaimana diri ini punya kecenderungan untuk membenci bulan ini. Upz! I don't mean it, I can't help it.
Di saat orang-orang lagi seneng-senengnya dengan pergantian tahun yang selalu diselingi quotes 'New Year, New Me'-nya, dengan perumpaan membuka lembaran baru di buku catatan kehidupan mereka, saya sendiri malah sibuk menghitung mundur D day pergantian umur
Bukan karena takut menjadi lebih tua setiap tahunnya (walaupun itu juga menjadi alasan salah satunya) tapi lebih dari itu. Ketika dihadapkan dengan urusan: kedepannya mau gimana dan apa yang bisa diperbuat di waktu yang sudah semakin singkat ini?
Pemikiran tentang masa depan yang masih kabur di pandangan mata memang rasanya sangat menyesakkan ya..
Akhir-akhir ini semakin ditekan oleh kedua orang tua untuk mengikuti jejak mereka. Iya memang yang mereka inginkan adalah anak perempuan satu-satunya tidak 'rekoso' di jalan hidupnya, tidak seperti mereka yang harus melalui titik terendah dalam kehidupan. Tapi rasanya salah jika aku hanya mendapatkan semuanya dari mereka tanpa perjuangan apapun, katakanlah gengsiku memang setinggi gunung, tapi tidakkah mereka mengerti?
Lalu bagaimana dengan mimpi-mimpi yang pernah aku rangkai? Memang kenyataanya semakin kemari mimpi itu semakin terasa jauh, entah memang karena aku yang tidak ada semangat untuk mengejar, atau memang ya segini lah yang bisa aku lakukan? Semakin berada di tingkat akhir masa kuliah kog ya bukannya semakin terang malah semakin ngeblur? Ditambah dengan orang-orang di belakangku yang tidak mau 'melepaskanku' kenapa rasanya semakin berat saja ya?
Dan umur yang semakin bertambah angkanya ini membuat pertanyaan-pertanyaan basa basi busuk di dalam keluarga besa semakin santer terdengar. Kalo kemarin-kemarin sih baru "mana pacarnya?" "pacarnya dibawa lah kesini sekalian" kemudian bertranformasi menjadi "kamu kapan nikahe, nduk?".
Damn!
Tapi ya ini sih yang musti dihadapi. Harus siap. Siap mental, fisik, jiwa raga. Dan mengusahakan untuk tidak baper di setiap kumpul keluarga besar.
Oh, this is on my mind tho. Menceritakan tentang satu tahun belakangan. Satu tahun kemarin adalah tahun yang paling berat. Yup! 2016 are suck! Indeed. Dan ku benar-benar merasakannya di tahun kemarin. Kuliah yang berantakan, skeptis dengan para dosen, perang dingin sama temen kos (di kos yang lama sih), difitnah atas kesalahan yang nggak pernah dilakuin, drama 2 kubu dalam kelas, bahkan sampai drama di himpunan.
Tapi memang segala hal yang terjadi kemarin memang seperti tamparan keras, rasanya memang baru disadarkan akan kenyataan, bahwa ya hidup memang nggak se-woles itu, kadang ya hal-hal kayak gitu kan yang bikin kita sadar dan semakin berusaha menjadi lebih baik lagi?
Somehow, pergantian umur menuju 22 ini memang terkesan biasa-biasa saja, entah memang biasa-biasa saja atau berusaha dengan sangat agar terlihat biasa-biasa saja. Tapi memang aku merasa biasa, sangat berbeda ketika pergantian umur dari umur belasan menjadi kepala dua, dari 19 menuju 20, it was the hardest tho. And idk why, hal-hal yang ku namai sendiri dengan 'syndrom kepala 2' hit me so hard at that time. Terimakasih banyak untuk 20 tahunku, di 2 tahun yang lalu, aku bisa melewatimu dengan aman dan nyaman dengan tidak banyak gangguan sana-sini.
Dan bagaimana dengan 22 tahun? I didn't expect too much tho, I don't wanna disappointed in the end. Yeah I'm such a Hypocrite here. Saya hanya berharap segala ketakutan di awal tadi tidak akn menjadi sebuah hambatan besar untuk melewati 22 tahun.
And in the end of the words, Congrats for one step closer towards Death ka.... Have a nice dream :)))
*Catatan ini ditulis dari 23:24 dan selesai di 0:22, 20 Januari 2017 (tapi masih edit sana-sini, makanya publishnya rada telat gityuuu waks 😊)
P.S silahkan dengarkan lagu mbak Taylor ini, ya walupun isi catatan sama lagunya tidak saling bersinggungan masih wajar lah yaa kalo diattach di mari hahaha 😉
Selasa, 29 November 2016
FF JINKIBUM : Horrible, Terrible, Loveable
^^^
Kenapa dia begitu tampan? Lihat senyumnya. Matanya yang
sipit itu, akan semakin tipis saat ia tertawa. Eye smile yang manis. Ah, dan
pipi itu, kenapa begitu chubby? Membuatku ingin mencubitnya. Pasti sangat
lembut seperti tahu. Ahh kenapa begitu tampan? Kenapa? Membuatku tak dapat
memalingkan pandanganku darinya walau hanya sedetik.
Oh, apa aku ketahuan? Kenapa dia memandangku?
Aku melihat ke sekeliling. Sial! Kemana perginya Taemin?
Aisshh, anak itu, akan kupatahkan kakinya kalo bertemu nanti.
Oh, tidak. Tidak. Tidak.
Dia kemari.
Demi Tuhan namja itu kemari!
Ap... apa? Dia melambaikan tangan ke arahku?
Seorang Lee Jinki melambaikan tangan ke arahku?!?
Oh, tidak ini pasti mimpi. Aku tidak percaya. Aku
benar-benar tidak percaya. Aku harus bangun dari mimpi ini.
Aku memejamkan mataku kuat-kuat dan merapalkan kata ‘bangun’
berkali-kali. Ayolah, ini hanya mimpi. Ini tidak benar. Semua ini hanya mimpi.
Kubuka mataku perlahan. Menyipit. Berharap pemandangan di
depanku akan terlihat berbeda. Tapi tidak. Sama sekali tidak. Bahkan semakin menakutkan saat namja itu
sudah semakin mendekat ke arahku.
Kabur. Iya. Aku harus kabur.
Lari!
Sekarang!
Dan tanpa menoleh ke arah namja itu lagi aku lari dari
tempatku berdiri tadi.
Sayup-sayup terdengar suara namja itu memanggil namaku.
Hei, Lee Jinki tahu namaku? Oh, Tuhan bagaimana bisa?
Oh, ya bisa saja, mengingat apa yang terjadi kemarin.
Kim Kibum pabo! Terus saja berlari kau pengecut! Dasar kau
pengecut brengsek sialan.
Hei, bukan aku yang pengecut brengsek sialan. Taemin. Iya Taemin.
Dia yang menyebabkan semua ini. Dasar Lee Taemin pengecut brengsek sialan! Aku
akan mematahkan kedua kaki dan tanganmu jika bertemu nanti.
Sial, kenapa orang itu masih mengejarku? Bodoh, dia bukan
orang itu Kibum. Dia Lee Jinki, namja yang kau taksir bodoh.
Iya tapi kenapa dia masih mengejarku?
Tuhaaaann selamatkan nyawa hambamu yang lemah ini. toloooonnggg...
Jebaaaaal..... >/\<
-
-
-
- kemarin sore-
“apa yang kau lakukan?”
“kenapa kita kemari?”
“hei, apa yang kau tulis?”
“ya...ya.... ya.. Lee Taemin! Ya... apa yang kau............”
Belum selesai aku melanjutkan kalimatku botol bekas air
mineral itu sudah mendarat cantik dan mengenai belakang kepala seorang namja.
“yes! Tepat sasaran!” seru namja cantik di sampingku dengan
bersuka cita.
Aku memandang horor ke arahnya dan dibalasnya dengan
senyuman yang cerah.
Anak ini sudah gila. Benar-benar gila.
“lihat. Dia akan datang kemari,” ucap Taemin riang sambil
mengarahkan dagunya menunjuk namja yang tadi menjadi korban lemparan botol.
Namja itu berbalik sambil memegangi belakang kepalanya. Menemukan
benda yang telah mengenainya. Mengeluarkan isinya dan membacanya sekilas. Kedua
mata sipitnya memandang lurus tepat ke arah kami.
Lee Taemin memang sudah gila. Sungguh. Dia membuat kami
berdua berada dalam ambang kematian. Iya, kami berdua. Benar-benar kami berdua.
Lee Taemin sialan.
-
-
-
“kau harus minta maaf kepadanya.” Ucap Taemin dengan
santainya sambil menyeruput banana milk di genggamannya.
“naega wae? Kenapa
harus aku?” tanyaku dengan nada melengking. “kau yang melemparnya, bukan aku.
Seharusnya kau yang minta maaf!”
“aku menulis namamu di kertas itu. Jadi dia pasti akan
mencarimu.” Jawabnya santai.
“mwo??”
“hahh, menyenangkan sekali rasanya bisa membantu temanku
mendekati namja pujaannya”, ucap Taemin dengan senyum kepuasan.
“Taemin. Kau. Tidak. Membantuku. Sama sekali.”
Dadaku naik turun mencoba mengatur nafas. Hah, tidak bisa.
Dadaku sudah penuh dengan bara emosi. Rasanya ingin meledak. Atau kuledakkan
saja?
“AARRGGGHHHH LEE TAEMIN!!! KAU MEMPERSULIT HIDUPKU BODOH!!!”
-
-
-
Aku menyukai Jinki. Sungguh. Aku benar-benar menyukainya.
Dia tampan, bagaimana bisa aku tidak menyukainya?
Tapi......
Lain soal jika dia sedang marah. Dia menakutkan. Benar-benar menakutkan.
Lee Jinki a.k.a the King of Ttakbam.
“Kekuatan ttakbam-nya bisa menghancurkan kepalamu”, Itu yang
dikatakan para haksaeng.
“Jinki pernah mengirim seorang haksaeng ke rumah sakit
karena tidak sengaja menumpahkan jus ke makan siangnya”, itu juga yang
dikatakan para haksaeng.
Eotokke? Aku pasti mati kan? Aku benar-benar akan mati di
tangan namja yang kusukai. Waahh tragis sekali kisah cintaku.
-
-
-
Nafasku rasanya sudah habis. Aku tidak sanggup lagi berlari
dari kejaran namja tampan itu. Sudahlah akan kuserahkan jiwa dan raga-ku
padanya. Aku menyerah.
Terdengar suara langkah kaki mendekati tempat
persembunyianku. Jantungku berdetak sangat keras, seperti saat menonton film
horor dimana si hantu datang meneror si pemain utama. Keringat bercucuran.
Nafas-pun tak beraturan. Ah, sudahlah semua akan berakhir di sini. Aku tak bisa
lari lagi.
Kain yang menjadi alat kamuflase-ku tersibak dengan indahnya
dan menampilkan sosok namja tampan bermata sipit. Dia tersenyum. Ya Tuhaaaann
tampaaaannn. Hei, sadarlah Kim Kibum dia ini malaikat pencabut nyawamu tahu.
Sadarlah!
“Kim Kibum?” dia memanggil namaku dengan suara lembutnya.
Eomma~ sepertinya aku akan mati dengan tersenyum karena
bahagia. Suaranya sangat lembut.
Akuuuu....
“hei... hei..... Kim Kibum..... kau........ hei......”
-
-
-
Sedikit demi sedikit aku membuka mata. Sangat terang. Apa
aku benar-benar sudah mati? Kenapa cepat sekali? Aku bahkan tidak merasa sakit.
Mata sabit itu. Pipi
chubby itu. Bibir tebal itu. Waaahh Tuhan sepertinya telah memberikanku surga
yang tepat. Dan memberikanku malaikat tampan sebagai bonusnya. Tapi, kenapa
malaikat ini seperti............
“LEE JINKI?!?”
“ah, kau sudah sadar? Kenapa kau bisa pingsan? Aku bahkan
belum melakukan apa-apa padamu.”
Apa-apaan ini? Jadi aku masih hidup? Dan Jinki belum
men-ttakbam-ku? Hahh, jadi apa
pengeksekusianku akan dilanjutkan? Eomma~ eotokke?
“yaa... jangan pingsan lagi. Aku bosan menunggumu sadar
kembali.”
Ta... tangan... tangannya menyentuh lenganku. Tangannya
memegangku. Oh, tidak. Oh, tidak.
Kenapa jantungku seperti ini? Darahku
sepertinya mengalir sangat deras sekali, apa ada banjir bandang di dalam
saluran darahku?
Telapak tangan besarnya sudah berada di keningku. Mengecek
suhu tubuhku kah? Oh, bukan ini adalah posisi saat dia akan men-ttakbam
targetnya.
Ahh, sepertinya hidupku akan berakhir di sini. Selamat
tinggal dunia, eomma, appa, garcons, dan sampai jumpa Lee Taemin sepertinya
kita akan bertemu di alam lain nantinya, terima kasih semua. Aku pergi.
Kututup kedua mataku rapat-rapat.
1 menit
2 menit
5 menit
Sepertinya sudah lewat dari 15 menit. Tapi kenapa aku tidak
merasakan apa-apa?
“emm.... Jinki-shi. Kau masih di sana?” tanyaku pelan. Aku
sadar dia masih di sana, tangannya saja masih berada di keningku.
Jinki berdehem sebentar. “i... iya... aku masih di sini.”
“lalu..... kenapa kau masih belum melakukan apa-apa?”
“e, sebentar. Se, sebentar lagi. Aku... akan
melakukannya...”
Kenapa aku harus menunggu? Oke, baiklah aku menunggu. Emmm,
tapi berapa lama lagi? Aku sudah lelah merapalkan salam perpisahan. -_-
Telapak tangannya turun dari kening lalu menutupi kedua
mataku. Hei, kenapa....? Apa ini trik baru dalam men-ttakbam?
Sebuah benda lembut menyentuh permukaan bibirku.
Hei, apa ini? kenapa sangat lembut. Dan terasa.........
manis. Sungguh sangat manis. Apa ini.......?
Benda itu mulai bergerak menghisap bibirku. Sangat lembut,
seperti ia sangat hati-hati melakukannya.
Sangat manis. Benar-benar manis. Rasanya aku ingin terus
merasakan benda manis itu. Aku pun ikut menghisap benda yang bergerak-gerak
itu. Eumm, maniiiissssss sekali. Benar-benar manis. Tapi....... ini......
apa......?
Jangan-jangan.........
Aku berhenti menghisap. Dan benda itu pun berhenti, lalu
lepas dari bibirku. Perlahan tangan besar Jinki menyingkir dari wajahku.
Aku menatapnya dengan tercengang.
Apa
Dia
Baru
Saja
Menciumku?
Menciumku? Benar-benar menciumku?!?
“daripada men-ttakbam-mu sepertinya aku lebih suka menciummu
Kim Kibum,” ucapnya dengan smirk nakal di sela-sela senyuman. “ayo kita
berkencan, aku tidak perlu menanti jawaban ‘iya’ atau ‘tidak’ darimu karena aku
yakin kau pasti akan menjawab ‘iya’, benarkan?”
Tangan besar Jinki menarikku untuk berdiri. Aku masih tidak
dapat berkata-kata. Apa yang dia katakan barusan? Kencan? Setelah ciuman lalu
Kencan??
Aku tidak bermimpi, kan?
Jangan-jangan aku sudah berada di surga dan orang di depanku
ini adalah malaikat penghuni surga.
Hah, aku tidak percaya.
PLAKKK
“yak, apa yang kau lakukan? Kenapa menampar wajahmu sekeras
itu?”
“hah, jadi aku tidak bermimpi. Ini nyata................”
“yakkk.... Kim Kibum.... yaaaa.... kenapa kau pingsan lagi?
Hei, bangun.....!!!”
~sekian~
Sabtu, 14 Mei 2016
Coretan Ngawur: Kuliah itu gimana. sih?
Hellooooo, it’s been so long didn’t post anything here
huhuhu....
Sumpah yahh kangen
ngeblog banget. Literally kangen gitu. Dan alesan gak bisa nulis apapun di blog
pun yaaa karena si kesayangan (red: laptop) sakit-sakitan mulu sejak semester
kemarin huhuhu sedihhh. Tapi akhirnya sembuh juga gitu, yeyyy.
So, i want to talk about evi’s question on my ask.fm
account. Yang isinyaaa yahhh gak jauh-jauh lah soal dunia perkuliahan gitu. Biasalah
para camaba-camaba(red: calon mahasiswa baru) dedeq-dedeq emesh lucu-lucu yang
baru akan lulus dari jenjang sekolahnya dan bakal menempuh pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi~ bahasane belibet
rek, lol. Terus sadar juga sih pasti banyak yang bertanya-tanya gitu kan
soal gimana sih dunia perkuliahan gitu, seberat apa sih? Seenak apa sih? Sesusah
apa sih? Semenyenangkan gitu kah, kayak di ftv-ftv gituuuhh... meh! Ya enggak lah hege.
Nah, disini aku bakal ngejabarin gimana-gimananya kehidupan
kuliah itu, tapiiiiiii versinya akuuuuu hahaha jadi gak semua yang aku bilang
di sini bakal sama kayak yang mahasiswa/i lain rasakan yaa. Ini kayak yahh yang
aku rasain aja, sepengalaman aku aja gitu.
Okeeey let’s start!
Di atas itu adalah daftar pertanyaan evi yang dikirimya
lewat ask.fm (abaikan kalimat terakhir). Dan menurutkuuuu pertanyaan Evi emang
standar sih yang bakal dedeq camaba tanyakan ke senior-seniornya.
Dan, pertanyaan yang sering banget aku dapet itu
1.
Kak, jurusan apa sih yang cocok buat aku?
Jawab: nggak tauuuu dek huhuhu
Iya bener aku nggak tahu jurusan apa yang
cocok buat kamu, karena yang tahu jurusan yang cocok buat kamu ya diri kamu
sendiri. Kalau kamu tanya sama senior-seniormu yang udah lulus dan menempuh
dunia perkuliahan pasti jawabnya nggak tahu. Yagimana sih senior-seniormu kan
bukan peramal yang bisa ngelihat kamu cocok kuliah di jurusan mana, dek. “kamu lahir jum’at wage, jadi kamu cocoknya
jurusan yang ada air-airnya, kalo gitu kamu teknik sastra ikan aja!” nggak
gituuuuu wkwk.
Senior-seniormu dulu juga pernah merasakan
yang namanya kebingungan menentukan penjurusan di kuliah nanti, tapi emang itu
nggak membuat kami jadi tahu kalian secara personal cocoknya masuk kemana gitu.
Karena yang tahu jurusan yang cocok sama kalian itu yaaa diri kalian sendiri,
bukan orang lain, apalagi yang baru kenal.
Saran aku sih coba cari jurusan yang dimana
kamu pasti bakal seneng saat berada di jurusan itu, yang bukan Cuma ikut-ikutan
temen, tapi bener-bener apa yang kamu mau, yang udah jadi cita-cita kamu,
keinginan kamu, passion terbesar kamu.
Problem teenager nowadays, yang udah-udah
sih pasti bingung karena mikir ‘duh, gue mah gak punya cita-cita’ ‘duh, emang
gue pengen jadi apa sih di masa depan nanti?’ ‘ah, sekolah aja udah pusing,
apalagi kuliah, nggak ah nggak mau kuliah!’ dan sebagainya dan sebagainya. Haduuuhh,
kadang ku amat sangat gemash dengan tingkat ke-apatis-an dedeq-dedeq ini. Tapi,
yagimana lagi ya sistem lah yang bikin mereka kayak gitu. Mereka terlalu
bingung karena terlalu concern ke pelajaraan tanpa berpikir ke depannya mau
gimana. (duh, ngomongnya udah keluar batas, maaf maaf maaf...)
kalau masih bingung ‘menemukan’ cita-citamu
yang sekarang, coba ingat-ingat
kembali cita-citamu yang dulu, duluuuu banget pas masih kecil terutama, masih
balita-eSDe gitu. Karena entah bagaimana kita akan bisa menemukan kembali apa
yang kita impikan saat kita mengingat impian kecil kita dulu. Nah, dari situ
coba hubung-hubungin kayaknya kalian yang dipengenin banget dulu tuh apa sih? Dan
pengen banget ngewujudin apa yang merupakan mimpi kecil kalian di masa dewasa
kalian nanti.
Terus, yang nggak boleh ketinggalan sih,
bicara sama orang tua. Diskusi sama mereka. Libatkan mereka dalam pengambilan
keputusan di hidup kamu. Nggak 100% keputusan mereka juga, karena semua pilihan
ada di tangan kamu.
Jadiiiiii pokoknyaaa saat memilih jurusan,
ingat-ingat kembali apa impian kamu, cita-cita kamu, temukan keinginan terbesar
dalam hidup kamu, dan libatkan orang tua, karena bener deh restu orang tua tuh
penting banget.
Good luck dalam pilih-pilih jurusan~^^/
Terus pertanyaan yang ke-2 itu biasanyaaa
2.
Kak gimana sih dunia perkuliahan itu?
Jawab: wah, luas banget dek pertanyaannya
gak bisa dipersempit apa?
-Ya kayak Ospek gitu kak, terus mata kuliahnya, sitem SKS gitu-gitu,
ohiya kak dosennya galak-galak nggak sih kak? Kalau ada tugas dari dosen gitu
bisa minta bantuan kakak tingkat nggak sih kak?
Jawab: duh, dek banyak amat satu-satu
ngomongnyahhhh...
-Yah kak tadi
katanya suruh dipersempit
Jawab: suruh dipersempit bukan
diperpanjaaanng!!
-Yaudah deh itu
aja. Eh ada lagi kak kalau kuliah sambil organisasi gitu enak nggak sih kak? Gunanya
apa sih kak? Bisa cepet dapet jodoh nggak kak kalau ikut organisasi gitu?
Jawab:..........
Hahahhaha anjirrr garing banget iya itu
intermezo dikit aja sih, untuk menunjukkan tingkat kejayusanku wkwk
So, darimana nih neranginnya, eummm dari
Ospek dulu aja kali ya.
- - Ospek
“Ospek itu ngelatih kedisiplinan.
Waktu ospek, tes seberapa jauh sih diri lu mampu buat nyelesain semua tugas tepat waktu dan tanpa masalah. Gak usah ngedumel "tai ini ngerepotin banget sih". Ngedumel bikin capek.
Manfaatin buat membiasakan diri dapet banyak kerjaan.
Waktu ospek, tes seberapa jauh sih diri lu mampu buat nyelesain semua tugas tepat waktu dan tanpa masalah. Gak usah ngedumel "tai ini ngerepotin banget sih". Ngedumel bikin capek.
Manfaatin buat membiasakan diri dapet banyak kerjaan.
Ospek itu ngelatih
kesabaran.
Ya kapan lagi ada orang marah-marah depan muka?
Jadiin ajang buat melatih kesabaran, bisa fokus dan tetap santi meskipun ditekan.
Ya kapan lagi ada orang marah-marah depan muka?
Jadiin ajang buat melatih kesabaran, bisa fokus dan tetap santi meskipun ditekan.
Ospek itu ngelatih
harus kritis berani.
Gue yakin banyak dari kita yang "ini kenapa dah ospek gini amat", cuma seberapa yang berani mempertahankan pemikiran itu kalo udah 'dibantai'?
Mikir itu bagus, mempertahankan pemikiran itu hal lain.
Gue yakin banyak dari kita yang "ini kenapa dah ospek gini amat", cuma seberapa yang berani mempertahankan pemikiran itu kalo udah 'dibantai'?
Mikir itu bagus, mempertahankan pemikiran itu hal lain.
Ospek itu ngelatih kita
buat memimpin dan berkoordinasi.
Gak semua orang bisa langsung punya niat berorganisasi dan bersosialisasi dengan sendirinya, beberapa orang butuh trigger tertentu. Ospek, bisa jadi ajang "cek ombak".
Percaya gak percaya, kadang ada tiba-tiba yang keluar kalo dia bisa mimpin waktu dia mulai ikut ospek, padahal sebelumnya selengean.
Gak semua orang bisa langsung punya niat berorganisasi dan bersosialisasi dengan sendirinya, beberapa orang butuh trigger tertentu. Ospek, bisa jadi ajang "cek ombak".
Percaya gak percaya, kadang ada tiba-tiba yang keluar kalo dia bisa mimpin waktu dia mulai ikut ospek, padahal sebelumnya selengean.
Dan yang terakhir,
ospek itu ngelatih lu buat gak kabur dari tantangan.
Satu hal yang lu harus tau : ospek itu masalah yang dibuat-buat. Kalo lu kabur, beres perkara.
Yang hebat adalah, kalo lu bisa kabur, tapi lu memilih engga.
Lu tetep mau bertahan buat susah seneng bareng sama temen-temen lu, ikut capek-capek dimarahin dan kerjain seabrek tugas ketika seharusnya bisa aja lu cabut terus nonton film, itu yang hebat.
Hal-hal semacam ini yang ngebentuk kualitas orang.
Satu hal yang lu harus tau : ospek itu masalah yang dibuat-buat. Kalo lu kabur, beres perkara.
Yang hebat adalah, kalo lu bisa kabur, tapi lu memilih engga.
Lu tetep mau bertahan buat susah seneng bareng sama temen-temen lu, ikut capek-capek dimarahin dan kerjain seabrek tugas ketika seharusnya bisa aja lu cabut terus nonton film, itu yang hebat.
Hal-hal semacam ini yang ngebentuk kualitas orang.
Nikmatin ospek sebagai
sebuah tantangan, sebuah sarana buat berkembang.
Jangan ciut duluan sama mindset serem dan gak penting.”
Jangan ciut duluan sama mindset serem dan gak penting.”
-Gilang kharisma-
Mengutip
dari kata-kata kak gilang di atas, nggak mengutip juga sih orang emang semuanya
di copas wkwk. Iya gitulah gambaran Ospek. Jangan takut Ospek karena ngelihat
berita-berita di media yang seringnya ngeberitain Ospek yang kejam lah,
perploncoan lah, nggak sesuai tujuan sama pelaksanaan lah. Jangan. Jangan pernah
punya mindset negatif pada sesuatu yang sebenarnya punya dampak positif bagi
kita.
Cerita
aja nih ya, kalau di kampus aku, terutama fakultas aku (FIB) nggak akan ada
yang namanya Ospek dengan sistem perplocoan gitu. Enggak ada sama sekali. Dijamin.
Ini bukan ajang promosi kampus ya, tapi emang itu lah faktanya. Aku yang dulu pernah
jadi maba yang diospek terus tahun kemarin pun jadi senior yang ngospek nggak
ada sama sekali praktik kekerasan gitu gitu. Ngebentak-bentak aja enggak. Yang ada
kami berusaha buat para maba-maba biar nyaman saat memasuki dunia perkuliahan,
kita pengen kalian para mahasiswa baru mampu beradaptasi dengan baik di kampus
baru kalian, nyaman sama jurusan kalian, kenal sama teman-teman sepenjurusan
kalian. Nggak ada niat sama sekali buat ngejahatin kalian, balas dendam dan sebagainya.
Yakan memang Ospek itu tujuannya buat pengenalan kampus. Yabegitulah praktik di
lapangan.
Cumaaaannn,
memang tidak menutup kemungkinan jikalau ada kaka-kaka senior yang sepik-sepik
ke mabanya, terutama cowo-cowo ke ciwi-ciwi tuh wkwk emang suka pada modus
mereka. Yahhh emang bumbu-bumbu lucunya itu sih.
Ohiya,
memang ospek di setiap fakultas itu sistemnya beda-beda kalau di teknik mungkin
memang agak lebih keras, yakan anak teknik gitu masa mereka mau
dilembek-lembekin gitu kan ya nggak pas jugaaa. Tapi hasi dari ospek itu,
deuuuhh suka bikin iri, mereka tuh bisa sesolid itu sama anak-anak
seangkatannya, bahkan sampai lulus kesolidannya mereka tuh masih kejaga aja.
Jadi,
intinya Ospek itu yaaa jalani aja lah. Anggap itu proses yang harus kalian
lewati. Setiap impia kalia kan pasti ada prosesnya, nah ini adalah bagian dari
mencapai impian itu. Lakuin aja, kerjain aja, nggak usah takut, nggak ada yang
perlu ditakuti, karena semua pasti bisa dilalui *aihhhh sedaaaapppp...
-
Tentang dunia perkuliahan
hemm
sebenarnya bingung sih mau bahasnya gimana karena dunia kuliah yaaa gitu. Wkwk.
Gambaran
luasnya aja sih, kuliah itu kayak mini-nya Indonesia, in case kalo kuliahnya di
dalam negri ya, kalo di luar mah ya kayak minaturnya dunia aja gimana. Soalnya nanti
temen-temen kamu di satu kampus itu, satu jurusan atau bahkan satu kelas lah,
pasti banyak yang dari luar daerah tempat kamu berasal. Yaa, yang artinya kamu
pasti bakal ketemu dengan cara bicara, budaya, dan tingkah mereka yang ‘unik-unik’.
Dan
kadang itu bisa jadi yang kayak apa yaaa kamu nemuin suatu yang baru di situ. Kamu
bisa tahu kalau dunia kamu nggak sesempit itu, kalau dunia kamu itu bukan Cuma tentang
kamu, tapi ada orang lain di dalamnya. Nah di saat ini kamu bisa belajar bahwa
sifat egois itu nggak baik dipakai terus-terusan, bahwa sikap individualistis
itu nggak akan pernah bawa kamu kemana-mana. Karena di luar sana, saat kita
lulus dari jenjang pendidikan kita, kita
kan kembali ke masyarakat, kita akan lebih banyak berinteraksi dengan
masyarakat, dan kita akan banyak bertemu dengan tipe orang dengan karakter dan
sifat yang berbeda-beda.
Buseeettt,
serius amat, bahasanya duuhhh jadi pusing...
Iyakan,
memang kalo dibahas secara general ya kuliah tuh seluas itu. Yaudah kita bahas
soal dosen, yaaa. Kalo dosen sih ya emang bawaan dosennya sih, ada yang galak,
ada yang woles, ada yang ngasih nilainya seenaknya sendiri, ada yang baek
banget kasih nilai, ada yang sering kasih tugas banyak, ada yang meskipun kamu
di kelas tidur juga gak peduli lah... yahh macem-macem sih, nanti kalau ketemu
dosen macem ituuu yaaa yaudah sih terimain aja hihihi.
Terus
kalau ada tugas bisa nanya kaka tingkat gak? Yabisa, kalo kamunya mau nanya. Kalau
kaka tingkatmu gak lagi sibuk-sibuk banget yaaakk pasti mah dibantuin gituuu. Apalagi
kalo kaka tingkatnya gebetan sendiri beuuhhh pasti... pasti... yagitu
dehhh.....
Nah,
kalau ditanya persiapan apa aja pas kuliah nanti, yang paling penting itu niat.
Iya niat, niat kamu pas mau kuliah apa? Pengen apa? Mau apa? Kalau niat kamu
pengen ngebahagiain ortu, yajadikan itu sebagai motivasi kamu, pegang terus
karena nanti akan ada saat dimana kamu bener-bener down, jenuh, gak semangat lagi.
Kamu inget lagi niat awal kamu kuliah itu apa. Kamu harus bisa bawa niat itu
selalu sama kamu sampai lulus nanti, dan wujudin itu. Jangan sampai apa yang
kamu kerjakan di kuliah itu hanya jadi sia-sia.
Terus
siapin mental. Jangan gampang ngeluh, karena nggak Cuma kamu yang ngerasain hal
itu, temen-temen kamu juga. Sharing sama temen kamu, sahabat kamu, atau ortu
kamu, kalau kamu merasa ‘lelah’ sama masa perkuliahan kamu. Seenggaknya dengan
berbagi ada sedikit rasa kelegaan di hati kamu.
-
Kuliah sambil organisasi
Ini
sebenarnya gak usah diterangin di sini sih, ntar aja kalo udah resmi jadi
mahasiswa kan bakal ngerti sendiri pentingnya. Ya nggak? Kalau dibilang
penting, ya penting sih, dibilang enggak yang enggak juga wkwk. Ya terserah
pribadi masing-masing sih.
Kalau
di organisasi nanti kalian bisa belajar buat membangun relasi, tahu gimana
caranya bekerja dalam suatu tim, yang yaaa itu bakal kepake sih pas di tempat
kera nanti. Nggak papa kuliah sambil organisasi, asal bisa tahu mana yang musti
diprioritaskan, asal tahu cara bagi waktunya, asal ketika salah satunya menjadi
berat sebelah tidak menjadi alasan untuk disalahkan(?)... nguomong opoooohhh
Organisasi
itu pilihan, kalau kamu udah memilih itu ya lakukan sebaik-baiknya. Organisasi itu
benda mati, organisasi nggak akan kasih kamu apa-apa, tapi kamu yang akan dapat
ilmunya di dalam prosesnya nanti.
Asedaaaapppp
sok bijak banget elaaahh
3.
Gimana dek masih ada yang mau ditanyakan?
-Hemm masih banyak sih kak sebenarnya, tapi... ini dulu aja deh
hehe..
Yaudah
dek kalau ada yang mau ditanyakan langsung tanya aja yaaa disini nih-> http://ask.fm/Eka_VidiVici Emang jawabannya banyak ngawurnya sih, tapi insyaallah berfaedah wkwk.
Okeeeeyyy,
sekian buat kali ini, udah panjang banget padahal, duhhh maaf ya emang nih
dasar kalo ngomong suka dipanjang-panjangin huh. maaf yaaa kalo panjang banget
huhuhu, nggak sadar bisa sepanjang ini. Semoga apa yang aku sampein bermanfaat
ya. Maaf kalau ada salah kata atau gimana. Yaa kekurangan milik saya,
kesempurnaan hanya milik Allah... dorce show show show...... *krikk krikk krikk
Thank
you~ I love you~
Keep
shining baby~^^
Senin, 12 Januari 2015
FF JINBOON /Drabble: Officially Missing You
^^^
Minggu pagi. Huh, rasa malas untuk bangun dari tempat tidur
pun merasuk ke dalam balik selimut seorang yeoja cantik bernama Kim Gweboon.
Sudah siang sebenarnya dan teriakan-teriakan khas seorang umma sudah menggema
dari satu jam yang lalu, Meerintahkannya untuk mandi dan sarapan.
Gweboon masih berada di dalam selimutnya. Dingin. Malas.
Dingin. Malas. Kedua kata itu yang selalu terucap dari bibirnya dengan mata
yang berusaha untuk menutup kembali. Gweboon menyibak selimutnya. Bedannya
pegal karena terlalu banyak tidur. Seharusnya dia bangun dari tadi untuk
jogging supaya badannya tidak kaku.
Perlahan yeoja cantik itu melihat ke arah luar jendela
kamarnya. Matahari saja malas untuk muncul. Gerimis di luar. Titik-titik air
menyentuh kaca jendelanya dengan lembut. Perlahan Gweboon berjalan meraih
jendela dan membukanya dari dalam.
Menghirup dalam-dalam aroma air hujan yang menyentuh tanah.
Petrichor. Sangat menenangkan. Sangat melegakan. Suka. Sangat suka. Sangat suka
saat aroma itu terhidup olehnya dan memenuhi rongga dadanya.
Lalu sebuah kenangan manis melintas di benaknya. Ia
tersenyum memikirkan namja itu. Namja dengan mata tipis dan senyuman secerah
mentari.
Sedang apa dia
sekarang?
Bahagiakah?
Sedihkah?
Sama kah denganku yang
setiap di pagi hari terbangun dari tidur dan merinduinya?
Samakah denganku
dimana setiap hal kecil yang aku lakukan selalu mengingatkanku padanya?
Samakah denganku saat
akan tidur di malam hari selalu mengingatnya dan berharap bisa bertemu
dengannya dalam mimpiku?
Dan samakah denganku
yang selalu mengagumi keindahan hujan sembari mengingat kenangan manis kami?
^^^
Gweboon mengalungkan handuk merah muda yang baru saja ia
pakai ke sandaran kursi belajarnya. Mengenakan piyama yang tadi malam ia pakai
untuk tidur. Toh dia tidak berencana untuk kemana-pun hari ini. Ia berbaring di
atas tempat tidurnya. Tidak tahu apa yang harus dilakukan hari ini. Tidak ada
seorang-pun yang mengajaknya keluar hanya sekedar berjalan-jalan.
“Jinki......”, lirihnya pelan.
Dia merindukan namja sipit itu. Sangat.
Gweboon meraih ponselnya. Mengetikkan huruf-huruf dengan
cepat. Lalu menghapusnya. Mengetik lagi. Lalu menghapusnya lagi. Hingga
akhirnya ia melemparkan benda berwarna soft pink itu dengan malas tepat di sisi
kanan badannya.
Gweboon memandang langit-langit kamarnya. Menerawang.
Bibirnya mengerucut lucu saat memikirkan apa yang ia lakukan akhir-akhir ini.
Dia bangkit dari posisinya meraih ponsel yang tidak jauh dari tempatnya.
Membuka galery. Mencari foto-foto lama. Saat pesta
perpisahan Jinki yang akan kuliah ke luar negeri. Berhenti pada foto dimana
Jinki dan dia dalam satu frame. Jinki merangkul pundaknya dan Gweboon membuat
V-sign. Keduanya tersenyum ke arah kamera.
Senyum itu. Senyum yang sangat Gweboon rindukan.
Sudah dua tahun berlalu dan sampai sekarang Gweboon masih
belum bisa mengirimkan pesan bahwa ia merindukkan Jinki. Tidak pernah.
Sekalipun. Saat ia mengetikknya ia akan menghapusnya lagi. Saat ia akan
mengatakan itu lewat voice mail ia urung mengirimkannya.
Gweboon merindukan Jinki. Itu faktanya. Itu kebenarannya.
Tapi ia tidak bisa mengirimkan kata-kata seperti ‘aku
merindukanmu’ ‘aku sangat rindu padamu’ ‘apa yang sedang kau lakukan?’.
Karena hubungan mereka tidak lebih dari sekedar teman. Iya hanya teman. Tidak spesial bukan? Bukan hubungan yang penuh romantisme seperti sepasang kekasih.
Batas itu yang tidak dapat Gweboon lewati.
Hanya teman, ya hanya teman.
Batas itu yang tidak dapat Gweboon lewati.
Hanya teman, ya hanya teman.
^^^
Gweboon beranjak dari tempat tidurnya dan duduk di depan
meja belajar. Belajar? Ah, tidak mungkin. Di hari minggu yang membosankan ini
akan semakin membosankan jika diwarnai dengan kegiatan yang dinamakan belajar.
Gweboon sudah muak dengan pelajaran-pelajaran yang berjejalan di dalam otaknya.
Tapi apa yang harus ia lakukan kali ini? Ia benar-benar bosan seharian
berbaring di tempat tidur.
Ujung mata kucingnya melirik sebuah gitar cokelat di sudut
ruangan. Itu milik Kim Jonghyun, kakaknya. Gweboon menghampiri gitar itu. Sudah
lama ia tak memainkannya, Jonghyun-pun sama karena terlalu sibuk dengan
kuliahnya.
Gitar itu diletakkan di pangkuannya. Memainkan beberapa
kunci yang diingatnya. Sebuah lagu yang sering ia dengar terlintas di otaknya.
Dengan cepat ia membuka notebook dan mencari chord lagu itu.
Gweboon mengamati chord gitar tersebut. Tidak terlalu sulit
karena lagu ini memiliki tempo yang lumayan pelan. Ia mencoba memainkannya
pelan. Dan saat siap ia mulai bernyanyi sambil diiringi petikan gitar yang ia
mainkan.
^^^
All I hear is raindrop, falling on the rooftop
Oh, baby tell me why’d you have to go
‘Cause this pain I feel, it won’t go away
And today, I’m officialy missing you
Ooh, can’t nobody do it like you
Said every little thing you do, hey, baby
Said it stays on my mind
And I.... I’m officially missing you
^^^
Suara Gweboon yang terdengar hingga ke kamar Jonghyun yang
berada di samping kamar Gweboon membuat laki-laki berbadan kekar itu tertarik.
Ia tersenyum mendengar adik kesayangannya bernyanyi sambil memainkan gitarnya.
Terlebih adiknya memainkan lagu tersebut.
Kim Gweboon bukanlah seorang anak yang percaya diri. Dia
adalah gadis yang terbilang biasa dibanding dengan Taeyon, sahabat perempuannya
yang terkenal dengan bakat Dance-nya. Gweboon bukan tidak berbakat, hanya saja
dia tidak mau menonjolkan kemampuan bernyanyinya di depan khalayak umum meski
sebenarnya ia memiliki suara yang terbilang ‘indah’.
Jonghyun mengenal adiknya dengan sangat baik. Adiknya akan
bernyanyi dan memainkan gitar untuk meluapkan perasaan yang sedang dipendamnya.
Ia menyalurkannya melalui lagu. Setiap lagu yang ia mainkan sebuah bentuk
luapan perasaannya. Mewakili seorang Kim Gweboon dalam menunjukkan perasaannya.
^^^
Well, I wish that you would call me right now
So that I could get through to you somehow
But I guess it’s safe to say, baby, safe to say
That I-I’m officially missing
I’m officially missing you
Sebuah cairan bening jatuh dari manik indah Gweboon. Ia
menghentikan permainanya sejenak dan menghapus air mata yang mengalir
tiba-tiba. Dadanya sesak dan ia sangat ingin menangis.
“jika kau sangat merindukan Jinki kenapa tidak kau sampaikan
langsung saja padanya?”, Jonghyun yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu
kamar Gweboon sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Gweboon terkejut akan kehadiran Jonghyun yang muncul
tiba-tiba. “YAK!! Bisakah kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk?!? Ini kamar
seorang gadis for your information!”, seru Gweboon menutupi keterkejutannya.
“dan aku tidak bisa melihat adegan kau menangis sambil
merindukan Jinki, huh?”
“aku tidak merindukannya”, elak Gweboon lirih.
Membohongi perasaannya huh? Dan Jonghyun sangat tahu akan
hal itu.
“jangan berpura-pura. Jangan menyembunyikan apa yang kau
rasakan sebenarnya dalam hatimu. Jika kau merindukannya bilang kau rindu. Jika
suka padanya bilang suka. Jika cinta bilang cinta. Apa susahnya?”
“ahh! Diam kau Kim Jonghyun!
Kau tidak tahu apa-apa. Pergi dari hadapanku! Sebelum kupatahkan
gitarmu!” ancam Gweboon.
“patahkan saja. aku tidak peduli. Aku pergi”, mengibaskan
tangannya di udara lalu beranjak menuruni tangga.
“Yakk! Kim Jonghyun kau mau kemana? Meninggalkanku sendirian
di rumah? Umma sudah berangkat ke Busan kau tahu?!” teriak Gweboon dengan menyembulkan kepalanya di pintu kamar.
“bertemu dengan Jinki. Dia datang dua hari yang lalu. Dia
mengajak bertemu karena merindukan sahabat-sahabatnya”. Sahut Jonghyun datar
tanpa membalikkan badannya.
apa?
Jinki?
“Yakk Oppa! Tunggu.... aku ikut~~~~”
~Fin~
Langganan:
Postingan (Atom)